Lihat ke Halaman Asli

Willi Andy

TERVERIFIKASI

Hidup dengan cinta dan kasih sayang

Pengalaman Merintis Bisnis UMKM dari Nol di California Selatan dan Strateginya

Diperbarui: 13 Oktober 2022   14:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi beberapa warung UMKM di Rest Area KM 260B Banjaratma, Brebes, Jawa Tengah. Sumber: KemenKopUKM via Kompas.com

Semenjak saya dewasa, saya selalu berpikir untuk menjalankan bisnis milik pribadi. Meskipun kecil-kecilan itu pun tidak masalah. Daripada harus bekerja untuk perusahaan milik orang lain.

Yah itulah yang ada di benak saya. Apalagi ketika sudah mulai bekerja, saya merasakan suatu perasaan yang tidak nyaman. Ada sesuatu yang kurang.

Setelah dipikir-pikir, sesuatu yang kurang itu adalah yah bekerja. Tapi ini bukannya sesuatu hal yang negatif.

Memang tidak bisa dipungkiri bahwa setiap insan yang hidup sendiri atau berkeluarga harus bekerja untuk mendapatkan uang yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup.

Biasanya ada empat tier atau lapisan dalam hal menghasilkan suatu pendapatan. Keempat itu sesuai tingkatannya adalah;

1. Bekerja untuk perusahaan milik orang atau perusahaan lain. Bukan milik pribadi atau milik sendiri. Posisi kita sebagai karyawan.
2. Menjalankan bisnis milik sendiri dan bekerja di sana. Artinya kita sebagai pemilik bisnis yang terjun langsung dan beroperasi di perusahaan atau bisnis milik sendiri.
3. Memiliki bisnis tetapi kita tidak bekerja di sana. Kita sebagai bos yang hanya memperkerjakan karyawan. Di sini ada juga bos yang aktif dan pasif.
4. Sama sekali tidak punya bisnis tetapi menanam modal atau investasi di suatu perusahaan. Pendapatan diperoleh dari hasil profit yang dibagi beberapa persen dari persentase saham milik kita di suatu perusahaan tertentu yang bukan milik sendiri.

Terus terang saya masih di posisi no. 2. Namun tidak masalah karena memang kondisi dunia apalagi yang berkaitan erat dengan ekonomi nampaknya selalu gonjang-ganjing tidak jelas dan stabil.

Dari artikel ini, saya mencoba berbagi pengalaman tentang merintis bisnis UMKM dari nol. Yah dari nol, zero, zip, nada.

Loh kok bisa? Padahal bukannya untuk merintis bisnis perlu modal yang cukup besar.

Ya, memang betul. Jadi perkenankan saya memulainya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline