Lihat ke Halaman Asli

"Pa, Jangan Bikin Malu Evan, dong!"

Diperbarui: 24 Juni 2015   22:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Kami sekeluarga sering melakukan kegiatan bersama pada saat-saat senggang di hari libur. Salah satu kejadian yang sangat lucu adalah ketika kami berkunjung ke sebuah tempat Rumah Keramik di area Tanah Baru, Depok.

Ada kejadian yang lucu saat anak sulung kami, Nathanael sedang asyik bermain dengan Ipad barunya kami demikian semangat sehingga saya sampai tertawa terlalu keras. Mengapa terlalu keras? saya baru tahu juga setelah Evan anak kami yang bungsu berkomentar: "Pa jangan bikin malu Evan dong. Ketawanya bikin orang-orang pada melihat kita tuh...". Isteri saya langsung ketawa dan bertanya kembali apakah bener Evan merasa malu. Dan dijawab iya oleh ybs.

Rupanya memang benar sekali kalau dalam suasana gembira, kita bisa dengan lebih leluasa menyampaikan pendapat  dalam hal ini saran yang disampaikan oleh anak kami Evan yang baru berumur 8 tahun. Sekaligus membuka mata kami bahwa sang anak sudah memiliki sebuah "harga diri" yang bisa dilihat oleh orang banyak selain keluarga kami. Padahal kami tahu sekali kalau seorang anak kadang kurang peduli dengan lingkungan di sekitar yang tidak ada hubungan keluarga atau pertemanan.

Peristiwa ini juga sudah pernah terjadi ketika Nathanael mulai berkomentar atas perilaku papanya pada usia yang hampir sama. Sehingga kami belajar menyadari, bahwa ini adalah sebuah unjuk pendapat yang normal bagi seorang anak yang mulai memasuki usia muda dan bersiap meninggalkan era anak kecil. Kami juga telah belajar membedakan perubahan tahap sbb: bayi, balita, anak, pra remaja, remaja, dewasa muda dst adalah melihat langsung dari lingkungan keluarga dan beberapa anak dari teman kami serta client kami juga.

Saat anak masih kecil bukankah tanpa sadar kita yang mengajari:


  • untuk berbicara supaya belajar menyampaikan pendapat
  • untuk memilih supaya belajar mana yang dibutuhkan
  • untuk meminta supaya belajar berharap kapan diberikan
  • untuk menunggu supaya belajar berterima-kasih saat diberikan
  • untuk mandi dan gosok gigi sendiri supaya mengerti wangi tubuhnya akan membuat orang lain senang
  • dsb...


Sekarang Evan sudah bisa menyampaikan pendapat kalau dia merasa malu, apa yang telah kita tabur pasti akan kita tuai.

Masih ada yang belum kita ajari untuk anak kita? Soal waktu? Apakah masih ada waktu? Ada pepatah kalau mau menanam pohon itu sebaiknya 20 tahun yang lalu atau SEKARANG. Jadi sadarilah sekarang apa yang telah/sedang/akan kita tabur untuk diri kita dan masa depan (termasuk anak) kita pasti akan menjadi pohon yang besar. Belajar perilaku yang baik tidak pernah ada kata terlambat.

Salam Karakter,

Ir. William Wiguna, CPHR., CBA., CPI.

Penulis buku tentang Sikap Seumur Hidup: LIFETIME,

Care Plus Indonesia® The First Life Time® Program & Counseling

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline