Lihat ke Halaman Asli

Anda Yakin Bisa Memilih Investasi (Pelatihan) Terpenting?

Diperbarui: 24 Juni 2015   01:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Setiap orang pasti setuju bahwa kita mutlak perlu BELAJAR sampai akhir hayat. Akan tetapi saat ini begitu banyak pilihan bahwa kita perlu belajar dan kelihatannya kita perlu bisa membuat skala prioritas mana yang seharusnya kita "investasi"-kan pelatihan yang berdampak: Long Term dan Cepat diaplikasikan serta Jelas Indikator sukses atau belum sukses-nya. Karena sama seperti sebuah produk, jasa pelatihan-pun sudah waktunya memasuki era dimana tidak bisa lagi orang hanya mengandalkan jam belajar dan ternyata tidak bisa diaplikasikan atau bahkan menyimpang dari bisnis utama (core business) kita. Sudah cukup kita melihat betapa hasil sebuah pendidikan secara Teknis di Indonesia yang sudah kita investasikan sekian puluh tahun menghasilkan SDM yang salah jurusan atau salah profesi. Padahal sumber daya utama sebuah negara adalah modal SDM, dimana Indonesia TERNYATA berada di urutan ke 4 terbaik di dunia (saat belum bekerja) menurut berdasarkan Indeks Dinamika Global 2013 dari Grant Thornton (www.metrotvnews.com/lifestyle/read/2013/10/01/915/185364/SDM-Indonesia-Terbaik-Keempat-di-Dunia). Juga bila kita googling kata "pelajar Indonesia juara olimpiade" maka Anda akan terkejut mendapatkan 1.1 juta lebih informasi yang menegaskan hal tersebut. Jadi apakah kita masih meragukan bahwa SDM kita kurang pintar? Saya sangat tidak sependapat, karena bangsa kita sangat mudah diajar menjadi pintar. Akan tetapi apa gunanya kepintaran tersebut secara TEKNIS kalau tidak diimbangi dengan persoalan NON TEKNIS seperti Kejujuran, Kerajinan, Kecepatan, dsb? Di bawah ini ada 2 contoh cara bagaimana kita bisa belajar obyektif sebagai langkah awal mengapa kita masih kesulitan membedakan suatu investasi.

  1. Gambar yang kiri adalah percobaan bahwa berapa banyak kita tidak percaya bahwa begitu banyak pelatihan TEKNIS yang sebenarnya cuma sebuah "tool" yang sama gunanya, tetapi belum tentu bisa dipakai.  Anda masih tidak percaya bahwa warna sisi kotak tsb adalah sama? Coba tutup garis tengah kedua kotak dengan jari Anda dan sekarang apa komentar Anda? Pesan Moral: Seumpama seorang yang mampu membeli dan mengerti cara kerja sebuah "tool" stetoskop, bukan berarti otomatis menjadi seorang dokter bukan?
  2. Gambar yang kanan adalah contoh bahwa berapa banyak produk TEKNIS yang sebenarnya sangat mahal dan merepotkan akan segera usang dalam tempo hanya 20 tahun saat ini sudah bisa di"genggam" dengan sebuah smartphone. Pesan Moral: seumpama Anda tanpa sadar selalu "update" membeli perlengkapan TEKNIS, pertanyaannya apakah Anda bisa bekerja lebih rajin, jujur, cepat dan terutama membantu usaha Anda?

Pelajarilah/investasilah di sebuah pelatihan NON TEKNIS yang memampukan indikator kinerja seseorang bisa terus bertambah bukan hanya menuntut pelatihan TEKNIS yang ternyata semakin merepotkan dan semakin sulit diukur kinerja-nya. Contoh perbedaannya bisa dilihat sbb: Apakah Anda sudah bisa melihat hasil akhir yang diharapkan/dibutuhkan dari sebuah investasi dalam hal ini pelatihan? Bukankah itu yang TERPENTING? Silahkan di lihat role play pelatihan Non Teknis yang bisa diterapkan kepada bahkan pembantu rumah tangga Anda http://youtu.be/8XNP_GtTQIo?t=2m1s

-- Salam Karakter, Ir. William Wiguna, CPHR., CBA., CPI. Care Plus Indonesia® The First Life Time® Program & Counseling Office: Heartline Center Ground Floor, Jl. Permatasari 1000 Lippo Karawaci, Tgr 15811. Telp/Fax: 02159492825 Twitter @williamwiguna FB Group: Care Plus Indonesia HP/WA: 0818-839469 william.wiguna@gmail.com william@careplusindonesia.com www.careplusindonesia.com



BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline