Lihat ke Halaman Asli

Ketika Harga Sekilo Karet Jauh Lebih Murah dari Sekilo Beras

Diperbarui: 11 September 2016   16:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi/foto: jberita.com

Anjloknya harga karet di pasaran memberi pukulan telak bagi petani karet tradisional. Dampak ini setidaknya dirasakan langsung oleh masyarakat yang sempat saya temui di desa-desa terpencil di Kalimantan Barat yang menjadikan hasil dari kegiatan menyadap getah tanaman karet sebagai sumber pendapatan utama mereka untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari hari. Dengan anjloknya harga karet jelas semakin menyulitkan kondisi ekonomi petani karet tradisional yang menggantungkan hidup mereka pada harga karet yang beredar di pasaran.

Menjadi petani karet tradisional sebenarnya bukanlah pilihan yang buruk apalagi jika harga karet melambung tinggi. Ketika harga tinggi, hasil dari menyadap getah karet setiap harinya masih dapat ditabung untuk berbagai kebutuhan lain. Namun tidak seperti dulu, dengan anjloknya harga karet di pasaran kini para petani karet tradisional sangat mengeluhkan keadaan buruk yang menimpa mereka karena harga 1 Kg karet di pasaran saat ini bahkan tidak dapat lagi untuk membeli 1 Kg beras.

Anjloknya harga karet di pasaran diakui petani karet telah berlangsung beberapa tahun terakhir. Sampai pada hari ini harga karet di daerah-daerah terus menurun drastis hingga menyentuh level harga Rp 5.000,- /Kg bahkan di beberapa tempat karet hanya dihargai Rp 4.000,- /Kg. Harga ini jelas berbanding jauh saat komoditi karet masih menjadi primadona bagi petani karet tradisional dengan harga pasaran karet pernah mencapai level di atas Rp 25.000,- /Kg di tahun 2012.

Harga karet di Kabupaten Bengkayang Kalimantan Barat yang ikut terpuruk ke harga Rp.5.000,-/Kg (foto:dokpri)

Bagi petani karet tradisional yang hidup dengan mengandalkan komoditas karet sebagai sumber mata pencarian utama kondisi seperti ini jelas menjadi ‘mimpi buruk’ karena hasil lelah mereka dari menyadap pohon karet tidak lagi mampu diandalkan bahkan untuk memenuhi kebutuhan hidup setiap hari di samping kebutuhan untuk menyekolahkan anak. 

Jika dilihat, Indonesia merupakan negara produsen karet terbesar kedua di dunia setelah Thailand dengan besaran produksi karet Indonesia di tahun 2014 mencapai 3.200.000 ton. Beberapa faktor penyebab anjloknya harga karet di pasaran pernah diungkapkan salah satunya oleh Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi, Dr. Ir. Unggul Priyanto, M.Sc. Unggul menyebutkan bahwa anjloknya harga karet di pasaran dewasa ini dikarenakan faktor turunnya harga minyak dunia selain pula melimpahnya pasokan karet mentah.

Pohon karet di Desa Monterado Kal-Bar mulai tak terawat karena anjloknya harga karet (foto: dokpri)

Untuk mengatasi keadaan buruk ini tidak sedikit petani karet tradisional di Kalimantan Barat yang memilih untuk mengalihkan lahannya untuk budidaya tanaman sawit yang harganya lebih menjanjikan. Sebagian lainnya memilih untuk bertani sayur sayuran serta tanaman umur pendek untuk bertahan hidup sambil berharap harga karet di pasaran dapat kembali bersinar di kemudian hari. ***

Sumber-sumber: bisnis.liputan6.com | finance.detik.com | suara.com




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline