Lihat ke Halaman Asli

William Lukman Djaja

Personal Branding

Jika Kita Membuang Semua Teori Tentang Bisnis, Yang Tersisa Hanyalah

Diperbarui: 5 Maret 2023   20:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Entrepreneur. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcomp

Setiap hari akan selalu ada teori-teori, tips dan trik terbaru dalam membangun bisnis entah itu dalam hal membangun brand, keuangan, memasarkannya atau bahkan yang paling terbaru adalah hal-hal seputar start-up. 

Padahal kalau kita mau mengambil intisari dari sebuah bisnis kita hanya menyisakan pengertian paling dasar dari sebuah bisnis yaitu transaksi nilai yang ditukarkan dengan barang dan jasa. Sederhananya, ada yang menjual dan ada yang membeli sebuah produk atau jasa. 

Iya gak sih? sepertinya hari-hari ini orang mulai menteorikan hal-hal yang berhasil dilakukan dan akhirnya banyak sekali kosakata-kosakata baru yang membingungkan. Padahal ketika dahulu orang-orang ya sudah menjual dan membeli saja.

Tetapi memang tidak bisa kita pungkiri, perubahan perilaku konsumen, percepatan teknologi dan banyak hal lainnya yang membuat kita berpikir " bagaimana ya saya menjual di masa kini dan kedepannya ? " 

Tetapi, daripada kita pusingkan segala sesuatunya, lebih baik kita fokus kepada dua hal paling esensi jika seluruh bisnis dibuang. 

1. Ada Sebuah Problem di Masyarakat

Kita menggunakan uang kita yang dengan susah payah kita dapatkan karena kita memiliki sebuah masalah yang ingin kita selesaikan, betul? Permasalahan tidak harus besar atau rumit, terkadang hanya sekedar ingin membeli sebuah makanan enak di sekitar rumah kita, atau kalau sedikit mau lebih besar, contohnya seperti bagaimana kita bisa menyelesaikan masalah sampah yang terus menggunung?


Semua itu adalah problem yang ada pasar dan orang-orang resah dengan segala problem tersebut. 

Namun, kita melihat " Kok Lato-lato bisa viral dan akhirnya produknya terjual banyak? " sebetulnya itu pasti ada problem yang mereka selesaikan entah itu problem secara fisik atau psikologis dari seseorang. Misalnya, seorang anak-anak bermain lato-lato dan ada teman-temannya yang iri dan awareness yang besar melalui social media mempercepat proses adopsi dari produk tersebut. 

Tetapi pada dasarnya sebuah produk harus memiliki problem yang bisa dimiliki, menariknya problem tersebut bisa memang sudah ada di pasar atau kita yang menciptakan kebutuhan akan produk yang kita jual sehingga kita " menciptakan " problem tersebut dipasaran dan kita tahu kita sudah memiliki solusi untuk problem tersebut. 

2. Miliki Solusi Atas Masalah Tersebut Dalam Bentuk Produk Atau Jasa

Jika kita sudah mengidentifikasi problem yang memang ada di masyarakat sekarang waktunya kita menciptakan solusi dalamm bentuk produk atau jasa yang bisa kita berikan. Terkadang bisnis yang kita bangun tidak memiliki masalah yang bisa diselesaikan, sehingga yang kita lakukan hanya akan menciptakan trend sejenak di masyarakat dan tidak menyelesaikan masalah apapun dan ujungnya berhenti. 

Setelah menciptakan solusi untuk problem yang memang dengan sengaja kita ciptakan, sekarang waktunya kita untuk menciptakan solusi yang memang solutif dan memberikan pengalaman yang positif untuk para pengguna dari solusi yang kita berikan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline