Lihat ke Halaman Asli

Ndhy Rezha

Penulis Pemula

Ingin Ahok Kalah?

Diperbarui: 18 Februari 2017   20:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

“Pemenang itu fokus pada pemenangan, sedangkan pecundang fokus pada pemenang.”

Mungkin statemen ini sudah cukup konkret merepresentasikan situasi Pilkada Jakarta. Ahok telah menang dalam putaran pertama, lalu apa lagi yang mesti diributkan? Proses hukum atas kasus penistaan agama telah ditangani pihak kepolisian, lalu apa lagi yang harus digembar-gemborkan? HRS yang berkoar-keor melaknat Ahok pun sekarang mulai keliatan belangnya, lalu masih pentingkah agenda menjegal Ahok dengan gunakan dogma di putaran kedua nanti?

Dalam kaitannya dengan pilkada Jakarta, masyarakat begitu sensitif, begitu proaksi dalam bersuara. Meski pada kenyataannya situasi yang dialami Ahok (Non-muslim yang calonkan diri sebagai calon kepala daerah) juga secara sporadis menjamur di beberapa wilayah di Indonesia bahkan mendapat dukungan dari partai Islam pula. Tapi mengapa Ahok yang terus disoroti?

Bercermin dari kemenangan Donald Trump, tokoh kontroversial adalah yang paling potensial memenangkan pemilu, apa itu karena masyarakatnya yang cenderung menumpahkan energi mereka untuk menyerang si calon?

Pada kenyataannya, dinamika politik memang penuh kejutan atau kejutan yang dimaksud kemungkinan besar merupakan mekanisme alamiah yang sesungguhnya tak dapat dibendung oleh kekuatan apapun.

“Ketika manusia membenci perang, menciptakan perdebatan tajam demi menghentikan kekerasan, namun yang terjadi justru sebaliknya. Perang dan kekerasan makin berkobar dan alangkah kecewanya mereka yang berdiri di atas garis pro-damai melihat sebuah pemikiran serupa tetapi menempuh jalan berbeda. Jika tak ingin perang maka fokuslah pada perdamaian, jika manusia berbondong-bondong berfokus pada perang maka kita sesungguhnya malah menciptakan perang untuk dunia ini.”

Dalam kaitannya dengan pilkada Jakarta; jika para pendukung cagub muslim memang ingin Ahok kalah maka berhenti bicara soal gubernur petahana itu. Mulailah berfokus pada kiat-kiat calon gubernur muslim untuk meraih dukungan rakyat. Jika betul tak mau Ahok menang, berhenti bicara soal penistaan agama sebab nyatanya justru dengan pamer berbagai dalil untuk jatuhkan Ahok, konsentrasi masyarakat DKI justru berbondong-bondong terfokus pada Ahok yang pada akhirnya membuat Ahok menang telak atas Agus-Silvy yang notabene hadir sebagai cagub-cawagub Muslim dan bahkan sampai pecundagi HRS. Apa penyebabnya? Karena semua mata tertuju padanya, kilauan terang lampu sorot dari mulut-mulut pembenci itu justru menjadikan Ahok semakin populer bak selebriti peraih Oscar.

Jika ingin Ahok kalah di putaran kedua nanti maka redupkan lampu yang meneranginya, alihkan konsentrasi kepada Anies-Sandi. Bicaralah soal mereka (Anies-Sandi) soal agenda-agenda besar mereka dalam membangun Jakarta. Tahan diri untuk menggiring situasi politik ini ke dalam hal-hal sprititualitas sebab ketika isu agama terus digembar-gemborkan maka pencahayaan itu akan terus menerus menyorot Ahok yang hasilnya pun sudah kita lihat pada putaran pertama pemilukada DKI Jakarta. Jika ingin Ahok kalah maka sebaiknya berfokus pada hal-hal positif yang ditawarkan lawan politiknya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H



BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline