Menjelang pertengahan abad ke-8 masehi, kemasyuran Dinasti Tang harus dihadapkan dengan kenyataan yang sangat amat pahit. Mereka terjebak di pusaran konflik Eurasia yang menyebabkan banyak Kerajaan di Eropa dan Asia mengalami pergolakan politik yang hebat, pergantian dinasti, dan revolusi. Sekitar tahun 755 Masehi, Tang mengalami kekalahan telak di Pertempuran Talas melawan Kekhalifahan Abbasiyah dalam rangka perebutan kontrol kekuasaan di wilayah Asia Tengah dan sekitarnya.
Hal ini diperburuk pula oleh berkobarnya pemberontakan hebat yang diprakarsai oleh seorang jiedushi (jabatan gubernur militer regional di masa Tang) bernama An Lushan. An Lushan merupakan jenderal kesayangan Kaisar Xuanzhong dan juga memiliki kedekatan dengan selir favorit kaisar, Yang Giufei serta Perdana Menteri Li Linfu. Karena kedekatannya dengan lingkaran dalam istana itulah membuat An Lushan leluasa untuk melancarkan rencana kudeta-nya. Terlebih lagi situasi Tang saat itu juga tidak menentu dengan banyaknya korupsi di lingkungan pejabat Tang dan perlakuan tidak adil terhadap orang -- orang yang bukan keturunan Han (suku asli China) seperti dirinya.
Pada akhir tahun 755 Masehi, An Lushan melancarkan aksi kudeta-nya yang diperkuat dengan 160.000 tentara dan berhasil menduduki ibukota wilayah timur Tang, Luoyang. Ia kemudian memproklamirkan dirinya sebagai Kaisar dan mendirikan dinasti baru bernama Dinasti Yan.
Disinilah cerita seorang pahlawan Tang bernama Guo Ziyi dimulai. Guo merupakan seorang jenderal di militer Tang. Ia lahir di daerah Hua pada tahun 697 Masehi dari keluarga kelas menengah. Ketika ia beranjak dewasa, Guo mengikuti ujian militer di ibu kota dan ketika ia lulus, ia menjalani tugas pertamanya sebagai perwira di perbatasan Tang dan karirnya terus meroket hingga ia diangkat menjadi seorang Jiedushi.
Guo merupakan seorang yang cerdas dan pekerja keras. Ia juga dikenal sebagai ahli bela diri dan merupakan yang terbaik di kelasnya ketika ia mengikuti seleksi bela diri Kerajaan yang sudah berjalan sejak era Kaisar Wu Zetian.
Ketika An Lushan melancarkan kudeta-nya, Guo yang saat itu berada di kampung halaman-nya untuk memakamkan ibunya kemudian langsung ditugaskan untuk berangkat ke garis depan dan mengatur pasukannya untuk menghadapi pasukan pemberontak.
Banyak jenderal militer Tang yang mengalami kekalahan telak dalam menghalau laju pasukan pemberontak yang mengarah ke Chang'an yang merupakan ibukota wilayah barat Dinasti Tang dan Guo menjadi salah satu dari sedikit jenderal Tang yang mendapatkan kemenangan ketika ia dan pasukannya berhasil menghalau pasukan pemberontak di Pertempuran Qingbi yang juga menjadi kemenanga militer pertamanya.
Tetapi pada akhirnya, Chang'an tetap jatuh ke tangan pemberontak akibat maraknya korupsi dan pengkhianatan yang yang dilakukan oleh Perdana Menteri Yang Guozhong, para kasim istana, serta beberapa pejabat tinggi lainnya yang mengakibatkan Kaisar Xuanzhong dan para pembesar Istana yang tersisa harus mengungsi ke wilayah Sichuan. Sebelum mereka pergi, Kaisar Xuanzhong terlebih dahulu mengeksekusi mati para pengkhianat kerajaan termasuk Yang Giufei, selir tercintanya yang dianggap sebagai salah satu orang yang bertanggung jawab dalam pemberontakan yang dilakukan oleh An Lushan.