"Lakukan yang terbaik di semua kesempatan yang kamu miliki." Slogan ini terdapat dalam modul 3.3 Pendidikan Guru Penggerak yang menurut saya sangat menginspirasi. Semua manusia tanpa terkecuali memiliki kesempatan, tetapi tidak semua orang dapat melakukan atau merealisasikan kesempatan yang dimiliki.
Ada yang melakukan apa adanya, tetapi ada juga yang melakukan sampai pada puncak yang paling tinggi atau memberikan yang terbaik dari dirinya. Profesi guru sebagai bagian dari pembentuk unsur cipta, karsa dan karya murid memainkan peranan besar menciptakan manusia dengan Profil Pelajar Pancasila.
Dalam melaksanakan tugas guru memaksimalkan kesempatan yang dimiliki karena telah ditanamkan nilai-nilai guru penggerak dan seharusnya paham nilai filosofis Ki Hajar Dewantara tentang pendidikan dan pengajaran.
Dalam konteks mendidik dan menuntun yang berdampak pada murid maka guru tentu memiliki cara masing-masing. Guru mengetahui dengan jelas bagaimana memaksimalkan potensi murid. Membuat murid mampu memahami pelajaran yang diberikan tanpa merasa tertekan, tapi justru Merdeka.
Guru penggerak dapat berkolaborasi dengan rekan guru lain atau murid untuk menghidupi nilai guru penggerak sesuai dengan Nilai Filosofis Ki Hajar Dewantara yaitu yang berbudaya dan berkarakter.
Ini salah satu bagian dari filsafat pendidikan humanisme yang merupakan bentuk pendidikan yang memandang bahwa manusia memiliki kreatifitas dan kebahagiaan yang tidak membutuhkan dukungan dari entitas supernatural manapun yang pada hakekatnya entitas itu sama sekali tidak ada atau tidak dapat mengadakan dirinya sendiri selain karena potensi atau kemampuan diri.
Pada realitas praksisnya murid dapat memiliki apa yang ingin dipelajari sedangkan guru humanistik percaya bahwa murid dapat termotivasi mengkaji materi bahan ajar sesuai kemampuan, kebutuhan dan keinginan. Tujuan akhir dari pendidikan yaitu mendorong, memotivasi diri sendiri untuk belajar mandiri. Pendidik humanistik percaya, bahwa nilai tidak relevan dan hanyalah self evaluation.
Guru humanistik percaya pada perasaan dan pengetahuan. Hal ini berbeda dengan pendidik tradisional bahwa guru humanistik tidak memisahkan domain kognitif dan afektif. Guru humanistik menekankan murid harus terhindar dari tekanan lingkungan.
Jika murid merasa aman maka proses belajar mengajar menjadi lebih mudah dan bermakna. Menurut Lamont (1997:15) manusia dapat membangun kedamaian dan keindahan di muka bumi ini melalui pendidikan yang humanistik.
Merujuk pada pemahaman humanisme Ki Hajar Dewantara tentang pendidikan sebenarnya didasarkan pada pemahaman Plato tentang tiga unsur utama yang dimiliki oleh manusia yaitu keinginan, emosi dan pengetahuan. Manusia sebagai makhluk tercipta di dalam dirinya membawa keinginan, emosi dan pengetahuan.
Melalui keinginan manusia mampu memahami pentingnya membangun usaha. Melalui emosi manusia mampu mengolah perasaan dan melalui pengetahuan mampu menyingkap kehidupan di dunia ini. Pada modul 3.3 tentang kepemimpinan murid menguji kemampuan guru memberikan kepercayaan kepada murid mengembangkan diri sesuai kodrat, potensi dan kemampuan murid.