Lihat ke Halaman Asli

willemrawung

Hidup untuk memanusiakan manusia

3.2.a.9 Koneksi Antarmateri: Guru sebagai Big Data Budaya dan Kearifan Lokal

Diperbarui: 10 Maret 2022   17:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Lebih dari 1 dekade saya mengabdikan diri sebagai pendidik di SMAS Rex Mundi Manado. Sebelum mengikuti pelatihan modul guru sebagai pemimpin pembelajaran, dalam menjalankan tugas sehari-hari, pemahaman saya terarah pada bagaimana membuat supaya murid mengerti dan paham akan materi yang diajarkan dan saya (teacher) berperan sebagai fasilitor (student center learning and teacher of facilitator). 

Setelah mengikuti pelatihan modul 3.2 saya akhirnya sadar bahwa, teknologi berkembang sangat cepat dan berdampak secara signifikan pada sektor pendidikan. maka sebagai pemimpin pembelajaran yang tidak terlepas dari teknologi, guru harus menggunakan dan memaksimalkan tujuh aset modal yang dimiliki sekolah. 

Imbas dari perkembangan teknologi yaitu pembelajaran bukan saja terpusat pada murid tetapi guru dengan kreatifitas, inovatif, kolaboratif, mandiri mampu menciptakan metode pembelajaran yang tidak terbatas. 

Era industri 4.0 sangat memberi ruang dan waktu kepada guru untuk bertumbuh dan berkembang menggunakan fasilitas secara virtual, digital melalui layar touch.

Kecanggihan teknologi berdampak pada subyek maupun objek pembelajaran. Istilah seperti smart education telah memberi kesempatan pengembangan metode pembelajaran daring maupun luring. Inilah kodrat jaman yang mau tidak mau, suka tidak suka harus diikuti oleh guru. 

Disisi lain, kodrat jaman ini perlu distabilkan dengan kodrat alam baik murid dan guru. Istilahnya jangan sampai perkembangan industri 4.0 (cyber physical system) membuat budaya dan kearifan lokal tergerus oleh perkembangan jaman. 

Jika terjadi demikian, maka student center learning akan kehilangan esensi. Guru, sebagai pemimpin pembelajaran menjadi pilar kokoh dan kuat memaksimalkan potensi dan sumber daya yang dimiliki oleh seluruh warga sekolah, lingkungan, fisik, finansial, budaya, agama, sosial dan lain sebagainya.

Kolaborasi pendidikan holistik yang diciptakan oleh guru seharusnya menempatkan guru sebagai pemimpin pembelajaran. Teknologi berkembang maka guru harus menjadi big data dan sumber pembelajaran. Guru adalah aset yang tidak tergantikan. 

Aset manusia dalam konteks filosofis adalah bagian utama dalam pendidikan. Humanisme mengedepankan penghargaan terhadap martabat dan kualitas serta potensi diri murid. Jika kepala sekolah, guru, orang tua dan masyarakat tidak mengambil bagian dan turut serta didalamnya maka semua akan sia-sia.

Jati diri bangsa dapat dilihat dari bagaimana menghormati dan mempertahankan budaya setempat. Tarian, lagu, bahasa, alat musik tradisional serta kearifan lokal yang turun temurun dipraktekkan menjadi aset sangat berharga dalam pendidikan. 

Teknologi mampu menciptakan musik tradisional, tetapi originalitas suara yang lahir dari kolintang akan mengalahkan teknologi tercipta. Mengingkatkan masa lampau, tetapi tetap tidak kehilangan jati diri. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline