Lihat ke Halaman Asli

Willa YacintaWardah

Mahasiswa_Universitas Pendidikan Indonesia

Kearifan Lokal Kampung Adat Kasepuhan Cikondang

Diperbarui: 5 Januari 2023   15:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Berdasarkan Data yang kita peroleh bahwa di Kampung Adat Kasepuhan Cikondang masih melakukan tradisi loh teman-teman. Masyarakat Cikondang seluruhnya beragama Islam. 

Artinya disini terjadi proses integrasi dan akulturasi Islam dengan budaya Sunda dalam segala aspek kehidupan. Hal tersebut terlihat dari masih dilaksanakannya kegiatan kegiatan adat yang masih rutin dilaksanakan seperti: hajat buruan, hajat solokan, hajat lembur, dan yang lainnya. Dari sekian banyaknya tradisi yang masih bertahan di Kampung adat Cikondang, ada satu tradisi yang menjadi objek dan kajian dalam artikel ini, yaitu di kenal dengan istilah upacara adat Wuku Taun atau Mapag Taun.

Cikondang adalah nama sebuah kampung di Lereng Gunung Tilu yang nyaman dan damai di Pangalengan. Secara periodik, masyarakat Kampung Cikondang masih taat memegang adat istiadat leluhur, sehingga kearifan yang diwariskan secara turun temurun, menjadikan wilayah setempat mampu membuat alam sekitarnya lestari. 

Upacara Wuku Taun diselenggarakan di Kampung Adat Cikondang, tepatnya di Bumi Adat oleh generasi awal Masyarakat Cikondang sampai generasi sekarang tetap patuh dan mempertahankan ritual upacara wuku taun, dikarenakan upacara ini berasal dari nenek moyang atau leluhur yang menempati bumi adat secara turun temurun. 

Tradisi Wuku Taun termasuk kedalam kategori adat istiadat, sebab wajib dilaksanakan setiap tahunnya. Upacara ini berhubungan dengan tahun baru Islam. Diperingati setiap tanggal 15 Muharram. Istilah seleh taun, dan/ atau mapag taun dapat didefinisikan "seleh taun" yang artinya pergantian tahun sedangkan "mapag taun" artinya menyambut Tahun Baru. 

Istilah "Wuku" 4 identik dengan "seren" berarti melepas tahun ataupun serah terima tahun lalu dengan segala kenangannya dan menyambut tahun baru agar lebih baik dari tahun yang sebelumnya. upacara adat ini dilakukan dengan secara besar-besaran, oleh penduduk Cikondang. Ada tiga matlamat dalam rangka pelaksanaan upacara wuku taun dan mapag taun yaitu yang pertama sebagai upacara untuk mengungkapakan rasa terima kasih dan rasa syukur. Ungkapan rasa terima kasih diungkapkan pada i (leluhur), yang telah membuka kawasan Cikondang dari hutan menjadi permukiman untuk anak cucunya sampai sekarang. 

Adapun rasa syukur di tunjukan kepada Allah SWT. Yang telah memberikan segalanya kepada mereka, baik itu tempat tinggal yang subur, ketentraman kedamaian, mata pencaharian dan sebagainya. Tujuan lain diselenggarakannya wuku taun ini adalah untuk berdo'a dan memohon keselamatan kepada Yang Maha Kuasa bagi seluruh warga khususnya masyarakat kampung Cikondang, umumnya semua warga yang berada disekitarnya. Mereka percaya, jika upacara ini tidak dilaksanakan akan mendapat malapetaka atau bala bagi warga masyarakat. Oleh karena itu dari tahun ke tahun upacara tersebut selalu dilaksanakan secara periodik.

Kemudian Masyarakat Cikondang dikenal sebagai etnis Sunda seluruhnya beragama Islam dan dikategorikan sebagai komunitas adat, identifikasi ini berhubungan dengan berbagai ungkapan yang menyebutkan pola hubungan Islam dengan budaya Sunda yang begitu dekat, seperti ungkapan "Islam teh Sunda, Sunda teh Islam" atau "Urang Sunda mah geus Islam samemeh Islam" dimana maksudnya adalah "Orang Sunda sudah Islam sebelum Islam masuk ke wilayah Tatar Sunda" (Susanti, S., & Koswara, I. 2019).

Yang menarik dari bentuk ungkapan tersebut, yaitu adanya jalinana hubungan antara budaya Sunda dengan Agama Islam yang harmonis yang menunjukan adanya hubungan dalam bentuk Akulturasi dari adanya tradisi 5 Wuku dan Mapag taun ini. Fenomena tersebut menunjukan bahwa agama dan kebudayaan ada secara bersamaan pada suatu masyarakat. Dalam melihat akulturasi Islam dengan budaya Sunda, tentu yang harus diperhatikan adalah bagaimana nilai-nilai ajaran Islam itu masuk dan bersentuhan dengan kebudayaan Sunda itu sendiri. 

Proses integrasi Islam dengan budaya Sunda terjadi, ketika masyarakat adat Cikondang tetap teguh mempertahankan nilai-nilai padangan hidup tersebut dalam setiap aktifitas yang rutin dilaksanakan. Baik melalui kegiatan formal di sekolah, di mesjid bahkan dalam kegiatan non formal melalui ritual keagamaan yang sengaja dilaksanakan secara terjadwal dan teratur. 

Nilai-nilai ajaran Islam pada masyarakat adat Cikondang lebih cenderung diintegrasikan dengan tradisi yang sudah dibangun sejak dahulu kala. Hubungan antara kebudayaan Sunda dengan agama Islam bisa meliputi atas beberapa bentuk. Pertama, kemungkinan terjadi koeksistensi atau adhesi antara agama Islam dengan kebudayaan Sunda tanpa saling intervensi dan mengganggu. Kehidupan masyarakat di Jawa Barat khususnya masyarakat Sunda umumnya tidak terlepas dari bermacam-macam upacara syukuran, lengkap dengan prosedurnya masing-masing. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline