Setiap malam, aku selalu kesepian
Membayangkan nafas yang membuat geli telinga
Aku kesepian, di pusaran utama bangsa kita
Rambutmu yang berkilau, kian samar di tengah kegelapan
Setiap malam, aku sendiri
Menanti kabar-kabar baik darimu
Berharap kau melupakan masalah kita siang kemarin dan malam tadi
Agar aku dpat tertidur dengan pulas
Kau lihat badanku ini?
Tulang-tulang makin terlihat
Makin rewot dan berantakan
Ini semua karena sepi dan mimpi
-mimpi buruk yang hadir tanpa kecupan bibirmu
Bila kita harus menghitung luka di tiap langkah,
aku pasti kalah
Tapi bagaimana kita akan melupakan malam-malam sepi ini?
Sendiri ini telah kuyakini sebagai luka
Agar aku dapat menyadari tangis-tangis yang tak terdengar di balik pohon
Nasehat darimu, agar aku bangkit
Tapi bagaimana aku bisa berdiri jika tanpamu,
tumpuan pertama dari setiap jatuh yang menyakitkan
Kita harusnya menghitung lelah daripada luka
Sebab, lelah selalu datang di tengah-tengah perjuangan
Tapi akan hilang jika perjuangan itu usai
Dan bila kita harus menghitung lelah?
Maka hasilnya adalah satu sama
WS | 13.5.2022
Monti
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H