Lihat ke Halaman Asli

Satu Sama

Diperbarui: 13 Mei 2022   15:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Setiap malam, aku selalu kesepian
Membayangkan nafas yang membuat geli telinga
Aku kesepian, di pusaran utama bangsa kita
Rambutmu yang berkilau, kian samar di tengah kegelapan

Setiap malam, aku sendiri
Menanti kabar-kabar baik darimu
Berharap kau melupakan masalah kita siang kemarin dan malam tadi
Agar aku dpat tertidur dengan pulas

Kau lihat badanku ini?
Tulang-tulang makin terlihat
Makin rewot dan berantakan
Ini semua karena sepi dan mimpi
-mimpi buruk yang hadir tanpa kecupan bibirmu

Bila kita harus menghitung luka di tiap langkah,
aku pasti kalah
Tapi bagaimana kita akan melupakan malam-malam sepi ini?
Sendiri ini telah kuyakini sebagai luka
Agar aku dapat menyadari tangis-tangis yang tak terdengar di balik pohon

Nasehat darimu, agar aku bangkit
Tapi bagaimana aku bisa berdiri jika tanpamu,
tumpuan pertama dari setiap jatuh yang menyakitkan

Kita harusnya menghitung lelah daripada luka
Sebab, lelah selalu datang di tengah-tengah perjuangan
Tapi akan hilang jika perjuangan itu usai
Dan bila kita harus menghitung lelah?
Maka hasilnya adalah satu sama

WS | 13.5.2022
Monti

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline