Lihat ke Halaman Asli

Wiliams Flavian Pita Roja

Bachelor of Philosophy

Perayaan Paskah pada Jemaat Gereja Perdana

Diperbarui: 6 April 2024   23:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Image bing Creator

Tulisan Singkat berdasarkan Materi Kuliah Liturgi Khusus (Oleh P. Dr. Stenly Pondaag, MSC)

Pada tulisan sebelumnya kita sudah melihat sejenak bagaimana perkembangan Paskah dari sebuah perayaan kultis, pesta musim semi bangsa nomaden, hingga transisinya menjadi sebuah Perayaan Paskah Yahudi. 

Pada bagian kedua ini kita akan melihat bagaimana Kekristenan memaknai perayaan ini. Dimulai dari bagaimana Jemaat Kristen Perdana merayakan Paskah, hingga bagaimana liturgi Paskah dipraktikan pada abad-abad selanjutnya.

  1. Perayaan Paskah jemaat Kristen Perdana

Siapa saja yang dimaksud dengan Jemaat Perdana? Bagaimana disposisi yang mereka alami ketika komunitas tersebut terbentuk? Lantas, bagaimana mereka merayakan Paskah? Paragraf-paragraf setelah ini akan berusaha memberikan penjelasan bagi Anda semua atas pertanyaan-pertanyaan tersebut.

  1. Kontinuitas dan penafsiran baru

Perlu kita pahami bersama bahwa Jemaat Kristen Perdana pada dasarnya adalah orang-orang Yahudi. Bahkan akibat dari bentuk perayaan yang berbeda disertai pengakuan akan Yesus sebagai Mesias, mereka dianggap sebagai salah satu sekte dalam agama Yahudi. Berdasarkan fakta tersebut, kita dapat menegaskan bahwa perayaan Paskah jemaat Kristen perdana ada dalam kontinuitas dengan perayaan Paskah Yahudi (Talley, dalam The Origin of Liturgical Year 5). Namun Perayaan Paskah tidak diadopsi begitu saja oleh jemaat ini. Mereka menyadari akan perbedaan mencolok dengan agama Yahudi. Mereka menafsirkan perayaan Paskah secara baru: Paskah dirayakan dalam terang kematian Kristus di salib dan penantian akan kedatangan-Nya pada akhir zaman. Jemaat Kristen perdana tetap menggunakan nama Paskah untuk perayaan tersebut: (Yunani) / pascha (Latin). Kata ini merupakan transkripsi dari kata bahasa Aram (pascha).

Para penafsir Perjanjian Baru masa kini kerap menganggap kronologis Injil Yohanes yang menempatkan kematian Yesus pada hari sebelum Paskah Yahudi, yakni tanggal 14 Nisan, dianggap sebagai informasi yang lebih tepat dan pasti. Fakta bahwa kematian Yesus dihubungkan dengan perayaan Paskah Yahudi (14 Nisan) lalu menjadi dasar historis bagi penerimaan dan penafsiran Kristiani terhadap Paskah Yahudi. Berdasarkan fakta tersebut maka ada dua titik pangkal yang membantu kita untuk mengerti Paskah kristiani secara baru: Pertama: Injil Yohanes (bdk. Yoh 19:14) membuat sebuah sinkronisasi antara kematian Yesus dengan penyembelihan domba-domba Paskah di bait Allah Yerusalem. Kita sudah melihat pada tulisan sebelumnya, bahwa menurut aturan Paskah Yahudi, domba-domba Paskah disembelih di Yerusalem pada sore hari tanggal 14 Nisan. Dengan demikian Yohanes menawarkan kepada pembacanya sebuah penafsiran baru atas Paskah: Yesus adalah Anak Domba Paskah sejati dan paripurna. Ia membawa keselamatan eskatologis. Selain itu, menurut Yoh 19:36 aturan sehubungan dengan anak domba Paskah (Kel 12:46) terpenuhi dalam diri Yesus Anak Domba Paskah sejati. Para serdadu tidak jadi mematahkan tulang-Nya. Identifikasi Yesus sebagai anak domba Paskah tertuang juga dalam 1 Kor 5:7. Dalam ayat ini  Paulus menampilkan sebuah tipologi Paskah kristiani: "Sebab anak domba Paskah kita juga telah disembelih, yaitu Kristus". Kalimat singkat ini mungkin memberi kesaksian historis bahwa pada pertengahan abad pertama perayaan Paskah Yahudi yang digambarkan dalam Kel 12 diinterpretasi secara tipologis: Anak domba Paskah yang disembelih sebagai hewan korban untuk perayaan Paskah Yahudi merupakan gambaran Kristus Anak Domba Paskah sejati yang mengorbankan darah-Nya di kayu salib demi keselamatan umat manusia. Selain itu kesejajaran tematis antara Injil Yohanes dan Paulus menunjukkan bahwa jemaat Paulus lazim dengan kronologi kematian Yesus sebagaimana yang disampaikan oleh Yohanes. 

Kedua, jemaat Kristen awal mengambil alih salah satu motif penting dalam perayaan malam Paskah Yahudi, yakni penantian kedatangan Mesias. Pada perayaan malam Paskah orang-orang Kristen menantikan kedatangan (adventus) kedua dan paripurna dari Mesias, Yesus Kristus. Motif penantian itu menjadi latar belakang di balik perikop-perikop Perjanjian Baru yang dibacakan pada malam Paskah. Yang terpenting di antaranya adalah cerita tentang wanita yang bodoh dan wanita yang bijaksana yang menantikan kedatangan pengantin pria pada tengah malam (Mat 25:1-13). Keterangan waktu ("waktu tengah malam") dan kata-kata yang muncul, seperti "lampu", "tertidur", "menutup pintu", "mengetuk pintu", merupakan motif-motif yang khas dalam perayaan malam Paskah umat Yahudi dan jemaat Kristen awal. Kis 12:1-17 memberi kesaksian bahwa kemungkinan besar jemaat Kristen perdana sudah merayakan atau mengenal vigili Paskah. Pada tengah malam Petrus dibebaskan dari penjara dan ia datang berkumpul bersama dengan jemaat yang berkumpul di rumah Maria pada malam hari dan berdoa (Kis 12:11). Cerita pembebasan Petrus dari penjara juga memuat motif Paskah: Allah membebaskan Petrus dari penjara, sebagaimana Ia pernah membebaskan bangsa Israel dari perbudakan di Mesir

  1. Jadwal perayaan Paskah dan Pertikaian tentang Perayaan Paskah

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline