Di depan pintu kos, dengan khidmat dia berdoa. Membuat tanda salib, membaca orasi.
Tak peduli pada yang lalu lalang, tak mendengar yang lagi bercanda.
Ketika tangan diangkat membuat tanda salib, semua terdiam, terlarut dengan sendirinya.
Suasana hening serentak, langkah kaki dibuat pelan, ganda ganda tak lagi bersuara.
Sampai setengah jam, gadis manis itu larut dalam percakapan dengan sang tertinggi.
Tanda salib tanda akhir tahajud terlihat. Warga kos serasa merdeka dari setengah jam dalam kesunyian.
Musik musik pun mulai berdendang, dari pop hingga rock.
Sejurus kemudian, sedan mewah merapat di pintu gerbang. Warga kos sudah paham.
Terlihat seorang lelaki setengah tua, ditaksir sekitar berkepala tiga, melongok dari jendela mobil.
"Beta su di depan lu pu kos ni. Beta tunggu lu", demikian pria itu menelpon dengan logat kupang yang khas.
"Lu tunggu situ, beta ganti dolo", gadis manis itu menyahut.