Lihat ke Halaman Asli

Iden Wildensyah™

Senang jalan-jalan, menulis lingkungan, dan sesekali menulis ide yang muncul tentang pendidikan kreatif. Temui saya juga di http://www.iden.web.id

Monumen Sepeda di Cimahi

Diperbarui: 25 Juni 2015   20:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1327017040524837578

[caption id="attachment_164894" align="alignright" width="300" caption="Monumen 7 Sepeda di Cimahi (dok pribadi)"][/caption] Sebelum memasuki lebih jauh, saya ingin menegaskan tentang patung atau monumen. Ini menjadi penting karena saya kebingungan pada saat menentukan judul. Baiklah kita tinjau secara definisi. Menurut salah satu sumber, patung adalah benda tiga dimensi karya manusia yang diakui secara khusus sebagai suatu karya seni. Orang yang menciptakan patung disebut pematung. Tujuan penciptaan patung adalah untuk menghasilkan karya seni yang dapat bertahan selama mungkin. Karenanya, patung biasanya dibuat dengan menggunakan bahan yang tahan lama dan sering kali mahal, terutama dari perunggu dan batu seperti marmer, kapur, dan granit. Kadang, walaupun sangat jarang, digunakan pula bahan berharga seperti emas, perak, jade, dan gading. Bahan yang lebih umum dan tidak terlalu mahal digunakan untuk tujuan yang lebih luar, termasuk kayu, keramik, dan logam.

Sementara monumen adalah jenis bangunan yang dibuat untuk memperingati seseorang atau peristiwa yang dianggap penting oleh suatu kelompok sosial sebagai bagian dari peringatan kejadian pada masa lalu. Seringkali monumen berfungsi sebagai suatu upaya untuk memperindah penampilan suatu kota atau lokasi tertentu. Misalnya di beberapa ibu kota pusat pemerintahan seperti Washington D.C., New Delhi, dan Brasília memang telah dirancang sedemikian rupa sehingga dibangun meliputi banyak monumen kenegaraan. Lokasi Monumen Washington dirancang untuk membentuk ruang publik yang rapi dan teratur.

Dari dua definisi di atas saya lebih suka menyebutnya sebagai monumen bukan patung. Dasarnya adalah tujuan, patung bisa jadi semata-mata karena ekspresi seniman saja, sementara monumen bisa jadi ada tujuan-tujuan khusus dari pembuatannya. Nah, monumen sepeda tersebut lebih layak disebut sebagai monumen daripada patung.

Makna 7 Sepeda

Monumen yang menarik itu adalah sebuah rangkaian sepeda yang melengkung. Cobalah tengok jika anda melewati Cimahi. Ada sesuatu yang menarik perhatian dan baru di kota ini. Apalagi kalau bukan sebuah patung sepeda yang melengkung seolah-olah mau terbang. Sepeda yang ada di patung tersebut beragam, dari mulai sepeda baheula sampai sepeda jaman kini, dari ukuran gede sampai yang kecil ada dalam patung tersebut. Walaupun memang tetap saja tidak selengkap koleksi museum sepeda.

[caption id="attachment_164895" align="alignleft" width="300" caption="7 Sepeda pada malam hari (dok pribadi)"]

132701718463795509

[/caption] Sebagaimana monumen lainnya yang dibuat dengan tujuan khusus, saya beranggapan bahwa 7 sepeda tersebut juga memiliki makna yang ingin disampaikan kepada khalayak. Misalnya pesan tentang raman lingkungan, sepeda biasanya menjadi refresentasi dari gerakan ramah lingkungan. Atau bisa jadi Sepeda juga menjadi lambang gerakan feminism. Ajakan atau kampanye dalam 7 sepeda tersebut bisa jadi beragam seusai interpretasi. Mengajak warga untuk ramah lingkungan, mendukung gerakan feminism, mendukung kampanye bersepeda ke tempat kerja, sekolah, dll.

Makna 7 juga bisa memiliki banyak tafsiran dan makna. Dalam Ilmu pengetahuan, angka 7 adalah dasar dari akumulasi angka yang tak terhitung jumlahnya, mulai dari 7 atom, 7 partikel terkecil dan seterusnya Misalnya  di China angka 7 dihubungkan dengan kehidupan gadis, dimana gadis mempunyai gigi susu pada usia 7 bulan dan tanggal pada usia 7 tahun, dalam 2 x 7 tahun “roda yin” membuka ketika ia mencapai masa puber, dan pada 7 x 7 = 49 datanglah masa monopause.

Dalam islam, yang menarik dan untuk dicatat adalah, bahwa surah pertama dalam Al-Qur’an, Al-Fatihah mempunyai 7 ayat. Kalimah Syahadat dalam Laa Ilaaha ilaa Allaah, Muhammad rasul Allah terdiri dari 7 kata. Menurut Al-Qur’an Tuhan menciptakan langit dan bumi menjadi 7 lapis. Lalu Thawaf mengelilingi Ka’bah di Mekkah dilakukan sebanyak 7 kali, demikian juga dengan lari lari kecil (Sa’i) antara Shafa dan Marwah. Pada akhir haji, dekat Mina, syetan di lempar dalam 3 kali masing masing dengan 7 buah kerikil kecil yang lazim disebut (melempar jumroh). Angka 7 juga disukai oleh kaum Sufi. Tasawuf memperbincangkan 7 Lathaaif, atau titik titik subtil pada tubuh tempat kaum Sufi memusatkan kekuatan spiritualnya.

Dalam tradisi Jawa, ada moment tertentu yang berhubungan dengan angka 7. Sebagai contoh ketika orang hamil sudah usia 7 bulan, maka diadakan selamatan dengan istilah yang disebut “Tingkepan”. Lalu pada bayi yang telah berusia 7 bulan, maka ada prosesi yang dinamakan turun tanah. Persyaratan Upacara adat tertentu harus menggunakan kembang 7 rupa, mandi 7 sumur, pesta kadang - kadang diadakan 7 hari 7 malam.

Nah di luar makna angka 7 tersebut, 7 sepeda bisa beragam interpretasi. Bisa jadi 7 keluarga, 7 dukungan, 7 kecamatan, 7 dananya, 7 pembuatnya, atau bisa jadi 7 karena pembuatnya 7 orang dan menyukai pemain bola bernomor 7 seperti CR7, Atep, Beckham. Saking mengidolakannya pemain nomor 7, monumen pun dibuat sebanyak 7 buah. Tetapi yang tidak saya sukai dari monumen 7 sepeda tersebut hanya satu, warna. Entah apapun itu warnanya terlalu mencolok dan partai banget. Seperti partai yang berwarna-warna, atau malah ini interpretasi juga yah? Sesuai interpretasi, itulah seni mengapresiasi seni. (Iden Wildensyah)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline