Lihat ke Halaman Asli

Iden Wildensyah™

Senang jalan-jalan, menulis lingkungan, dan sesekali menulis ide yang muncul tentang pendidikan kreatif. Temui saya juga di http://www.iden.web.id

Kompasianer dan Komensianer

Diperbarui: 26 Juni 2015   11:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

12914216931416860922

[caption id="attachment_78373" align="alignright" width="300" caption="Ngeblog itu.. Kompasiana (iklan di kompas)"][/caption] Medio Februari 2010 sampai April 2010, sebagai New Comer di kompasiana, saya menemukan banyak keunikan-keunikan. Keunikan itu saya tangkap kemudian saya satukan menjadi sebuah tulisan. Diantara keunikan itu, saya menemukan Mbak Rini, yah.. lama sekali saya tidak dikunjungi oleh Mbak Rini. Mbak Rini ini adalah penemu komensianer. Menjadi komensianer sejati yang selalu ditunggu kehadirannya oleh beberapa kompasianer. Dialah yang melihat sisi lain dari rata-rata kompasianer. Di satu sisi kompasianer sibuk mencari ide untuk menulis, di sisi lain, komensianer bersiap memberi komentar pada postingan kompasianer tersebut. Mbak Rini memang konsisten dengan penemuannya, bahwa dirinya adalah komentator. Sekali posting tulisan, ternyata sungguh sangat luar biasa tanggapannya. Belum pernah ada yang seperti itu, postingan pertama dikomentari banyak kompasianer. Biasanya, rata-rata sampe pada 5-10 postingan, baru bermunculan komentar. Ini sih saya perhatikan pada banyak kompasianer, saya sendiri baru setelah postingan 50an lebih baru dapet komentar atau tanggapan. Komensianer tidak bisa dilepaskan dari kompasianer. Keduanya seperti mata uang yang saling melengkapi. Kalau kompasianer berdiri sendiri, rasanya sepi banget. Begitu juga kalau komensianer berdiri sendiri, bingung mau ngomentarin apa, karena tidak ada postingan dari kompasianer. Menjadi komensianer ternyata lumayan menarik. Pada satu waktu, luangkan waktu posting anda untuk terlibat dalam komentar-komentar panjang sebuah postingan. Pasti akan menemukan sesuatu yang menarik, misalnya ide untuk menulis topik baru dari bahasan yang sudah dibahas orang lain, lalu keakraban yang sensasinya luar biasa. Bahas yang ringan-ringan saja, jangan yang bombastis apalagi membuat panas kuping, hati dan pikiran. Perdebatan dalam komentar seperti ini yang akhirnya kadang membuat suasana menjadi tidak menarik. Tapi itu bagi saya pilihan, sebagai kompasianer atau juga sebagai komensianer, bebas memilih terjun dalam perdebatan komentar yang menggebu-gebu fisik dan mental atau meleburkan dalam suasana kehangatan penuh kekeluargaan. Terpenting bagi saya, tetap kritis, logis, kreatif dan tetap tenang walau diserang komensianer. Percakapan dalam untaian komentar ini sudah lama tidak saya rasakan. Saya memohon maaf kepada beberapa kompasianer sahabat saya semua yang pernah mengisi masa lampau dengan komentar-komentar cerdasnya, belum saya datangi satu persatu. Saya tetap komensianer bagi semua kompasianer, kalau waktu senggang. Hehe (Iden Wildensyah) ................................................ Dengan penuh hormat saya sampaikan salam yang sama pentingnya dalam perjalanan menjadi kompasianer juga komensianer kepada Mbak Yayat, Mbak Rini, Mamak Ketol, Deasy, Princess Ira, Nathalia, Mariska Lubis, Della Anna, Engkong Ragile, Hadi Samsul, Syam, dan semua kompasianer lama yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu. Mohon maaf yang belum saya tulis namanya, jangan marah yah, jangan merasa jadi tidak penting dalam kehidupan saya. Senang berkenalan dengan anda semua :)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline