Lihat ke Halaman Asli

Iden Wildensyah™

Senang jalan-jalan, menulis lingkungan, dan sesekali menulis ide yang muncul tentang pendidikan kreatif. Temui saya juga di http://www.iden.web.id

Saya dan Buletin Wanadri

Diperbarui: 26 Juni 2015   18:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

[caption id="attachment_66873" align="aligncenter" width="180" caption="foto dari google"][/caption] "Hati yang penuh syukur, bukan saja merupakan kebajikan yang terbesar, melainkan merupakan pula induk sega la kebajikan yang lain." - Cicero Jika ada satu majalah yang berjasa dalam membuat saya gemar menulis, maka majalah itu bernama Buletin Wanadri. Saya tidak bisa dipisahkan dari Buletin Wanadri, saya mengenalnya ketika kuliah di Setiabudi 207 Bandung. dalam setiap bulan terbitnya Buletin Wanadri selalu saya tunggu, selain mendapatkan banyak hal yang bermakna dari isi dan cerita seputar petualangan alam terbuka, saya juga mendapatkan semangat untuk menulis dari kehadiran Buletin Wanadri (selanjutnya disebut BW). Format BW yang awal saya kenali sungguh berbeda, dari tampilan muka, logo sampai isi. nilai perbedaan ini yang membuat saya sangat loyal menjadi pembaca setia BW. jenis tulisan Satcacao yang saya kenali dari sampul muka ini memberi kesan tersendiri. Jenis huruf ini seolah menjadi trade mark BW. ketika format huruf ini di ganti, saya merasakan sesuatu yang berbeda. saya merasa kehilangan identitas BW yang saya kenal selama itu. BW mengganti format mendekati karakter National Geoghrapic. Saya menyayangkan karena jika National Geoghrapic (NG) terbit edisi Indonesia, habislah BW. dan betul saja, dugaan saya tidak meleset, NG terbit versi Indonesia. BW harusnya kembali ke format karakter awal yang saya anggap sebagai trade mark-nya BW. Selain karena kegemaran saya membaca, kehadiran BW saya nantikan dengan penuh harap tulisan saya muncul. Pada mulanya hanya berita seputar perkumpulan pecinta alam saja yang saya tulis dan kirimkan ke BW. Ada semacam kebanggaan tersendiri ketika saya melihat tulisan saya muncul di BW. Saya menulis opini dirubrik Kolom Bebas, selebihnya saya menulis tentang banyak hal yang berhubungan dengan masalah pecinta alam dan lingkungan. Alhasil dari keseringan berkirim artikel, saya bisa berkenalan secara langsung dengan jajaran redaksi BW, beberapa orang saya kenal sangat baik dalam menjaga nilai pertemanan, saya mengenal Haris, Galih Donikara, Antonius Satya, Jejen, dan banyak lagi (Saya memanggil dengan Kang Haris, Kang Galih, Kang Anton dll sebagai bentuk hormat saya pada mereka). Saya belajar banyak dari perkenalan dengan dewan redaksi BW, mereka memang orang besar dengan pengalaman yang mumpuni dibidang kegiatan alam terbuka. Saya bersyukur mengenal mereka dari BW. kini setelah hampir satu tahun, saya merasa kehilangan BW. saya merindukannya seperti merindukan kehadiran seorang yang sudah lama tidak berjumpa. Saya yakin suatu saat nanti BW akan muncul lagi dengan saya bisa berkontribusi untuk dunia kepecintaalaman Indonesia. (Photo Buletin Wanadri di atas dari stephenlangitan.com)

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline