Lihat ke Halaman Asli

Impresi Pertama Saat Menulis di Kompasiana adalah Bingung

Diperbarui: 27 Agustus 2021   06:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Mungkin bagi teman – teman yang melihat post pertama saya di Kompasiana, pastilah teman – teman terheran – heran. Artikelnya tentang ternak sapi, kok gambarnya bisnis café sih? Ya, ya, saya pun juga bingung, karena sebenarnya saya sudah menyisipkan gambar berternak sapi, namun, kenapa gambarnya hilang ya?

Sekedar tambahan, tulisan ini juga bertujuan unuk mengklarifikasi kejanggalan di tulisan atau post saya sebelum tulisan ini.

Itu tidak selalu kesalahan dari Kompasiana.com, mengingat saya adalah penulis awal dan termasuk penulis yang masih amatir, masih banyak belajar. Menulis bukanlah pekerjaan utama saya, hanya sebagai pengisi dan penghibur di kala nganggur.

Kompasiana sebagai salah satu media massa terbesar di Indonsia tentunya sudah melakukan perbaikan – perbaikan yang cukup masif dan banyak. Selain itu, sebagai salah satu anak dari Kompas Group, yang notabenenya merupakan media massa yang tergolong tua, bahkan tertua di Indonesia, pastilah Kompasiana sudah sangat berpengalaman dalam membuat blog, membuat kanal informasi yang menyenangkan dan memudahkan bagi pembaca dan pengguna.

Namun, yang namanya masih awal – awal kenal, bahasa gaulnya masih PDKT, pastilah kita tidak serta merta tahu segalanya tentang objek ataupun subjek yang kita kenal. Butuh waktu untuk mengenal lebih dalam, paham dan akhirnya semuanya menjadi sinkron. Tidak ada yang namanya to the point dalam PDKT, ingat itu.

Semuanya butuh proses. Proses sangat diutamakan dalam kepenulisan. Bingung di awal – awal pastilah ada. Walaupun kita sudah menjadi penulis sejak lama, namun apabila kita berganti platform tempat kita menulis, pastilah kita bingung saja. Cara upload, cara kirim, dan tentunya kebijakan – kebjakan yang berbeda antar platform.

Semua proses tidak harus mencari kesempurnaan, begitupun saat menulis di Kompasiana. Yang perlu kita perhatikan adalah apa reaksi publik terhadap artikel kita, mengingat blog Kompasiana dikunjungi dan dibaca oleh banyak orang. Jangan sampai niat kita untuk menghibur diri, malah mendapatkan “semprot” dari orang lain.

Memang susah, memang rumit. Yang namanya menulis, walaupun orang – orang menganggap hanya pekerjaan ringan, namun nyatanya begitu banyak problematikanya, ya salah satunya kebingungan terhadap “prosedur” tempat menulis seperti saya ini.

Namun, tentunya, seorang penulis hruslah paham tentang dirinya dan orang lain. Jangan menyombongkan diri sehingga tidak mau menerima saran dari penulis lain maupun dari pembaca. Jangan pula acuh tak acuh terhadap penulis lain atau pembaca yang memang perlu bantuan dari kita. Semoga kita semua adalah penulis yang mengdukasi dan menginspirasi, bukan penulis yang “membunuh” aspirasi dan mimpi.

Akhir kata saya ingin bertanya pada kawan – kawan yang telah lama menulis di Kompasiana, bagaimana sih cara upload gambar agar tidak hilang?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline