Lihat ke Halaman Asli

Wildan Hamdi

Pendidik

Jadi Guru Jangan Sekedar Mengajar-1

Diperbarui: 16 Juli 2024   13:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Do'akan Saja Muridmu

Menjadi guru bagi sebagian orang adalah pekerjaan yang sangat mulia, sehingga mereka yang bekerja sebagai guru adalah panggilan nurani, bukan semata-mata mencari keuntungan pribadi, apalagi mengharap untuk menjadi kaya materi. Menjadi guru sebagai sebuah pilihan yang patut dibanggakan. Kebahagiaan yang luar biasa dirasakan guru ketika mendengar anak didik mereka mendapatkan keinginannya, melihat anak didiknya menjadi lebih sukses dari dirinya. Tidak ada rasa tersaingi oleh muridnya ketika ia mengetahui muridnya saat ini menjadi orang yang berpengaruh, disegani, dan dihormati, meskipun sampai saat ini guru tersebut masih mengayuh sepedanya, masih menggunakan seragam seperti dulu, tas yang selalu menemaninya, tetapi mendengar kabar anak muridnya yang dulu mungkin nakal, mungkin sering terlambat, mungkin pernah membuatnya tersinggung, tidak pintar tapi biasa-biasa saja sang guru tersenyum dengan wajah ceria mengucap syukur, dan tidak berharap muridnya akan mendatanginya lalu jasanya akan dibalas....tidak sama sekali.

Pekerjaan menjadi seorang guru, mungkin saja tidak menarik bagi mereka yang ingin mengejar kebahagiaan dengan tujuan memiliki materi yang berlimpah. Kalaupun ada seorang guru yang diketahui memiliki materi lebih dari cukup, mungkin saja ia memiliki usaha lain yang ia kelola disamping ia mencari kebahagiaan sebagai guru. Kebahagiaan seorang guru adalah ketika ia melihat anak didiknya meraih kebahagian karena anak didiknya mampu memberi manfaat untuk diri dan orang lain di sekitar mereka.

Guru saat ini tentu sudah jauh berbeda dengan guru-guru di masa lalu, baik berbeda karena pengaruh kesejahteraan yang diperoleh guru saat ini, berbeda karena pengaruh ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus berkembang, berbeda karena berhadapan dengan siswa yang memiliki karakteristik jauh berbeda dibanding siswa-siswa dulu. Proses belajar yang sudah sangat berbeda, tidak lagi pembelajaran harus dilakukan guru dengan tatap muka langsung, akan tetapi dapat dilakukan dengan kecanggihan teknologi. Antara guru dengan siswa tidak harus berada dalam satu ruang kelas yang sama untuk terjadinya peristiwa pembelajaran.

Menjadi seorang guru saat ini seakan-akan dibutuhkan multi telenta untuk mampu menciptakan proses pembelajaran yang menarik. Nampaknya secara lahiriah guru juga harus dapat tampil menarik, simpatik. Seolah-olah dengan tampilan lahiriah tersebut guru dikehendaki mampu "menyedot" perhatian siswanya, secara lahiriah guru dikehendaki menjadikan siswanya "rindu" akan kehadirannya dihadapan para siswa. Tetapi juga penting bagi guru dirindukan siswanya karena sifat dan sikap yang menarik bagi siswa. Memiliki perhatian dan sikap empati kepada siswa, lembut dalam berbicara namun tidak lemah, tutur kata yang santun, tidak menyinggung perasaan dan hati siswanya. Setiap siswa akan menikmati ketulusan seorang guru yang terpancar dari setiap gerak, dan responya terhadap siswa. Dibutuhkan keihlasan dari seorang guru, agar siswa merasakan aura ketulusan yang akan dibalas siswa dengan keihlasan menerima kehadiran gurunya. Kiai Haji Maemun Zubair atau yang akrab dipanggil Mbah Moen pernah berpesan kepada para guru: "jadi guru tidak usah punya niat bikin pintar orang. Nanti kamu hanya marah-marah ketika melihat muridmu tidak pintar. Ikhlasnya jadi hilang. Yang peting niat menyampaikan dan mendidik yang baik. Masalah muridmu kelak jadi pintar atau tidak, serahkan pada Allah. Didoakan saja terus menerus agar muridnya mendapat hidayah".

Untaian kalimat yang sederhana tapi dengan makna yang sangat dalam. "Doakan saja terus menerus agar mereka mendapatkan hidayah". Sungguh mulia menjalankan tugas sebagai pendidik, ia harus memeras seluruh kemampuannya, mengerahkan tenaganya, melapangkan dadanya untuk bersabar, menyediakan waktu tidak hanya memberikan ilmu pengetahuan, harus juga menjawab kebingungan muridnya, mendengarkan curahan hatinya, dan memastikan dalam waktu yang ada,..... ada doa untuk murid-muridnya. Ayo Bapak Ibu Guru Doakan Saja Mereka.

Islam melalui Rasulullah memberikan pesan mulia untuk tidak lupa mendoakan orang lain ketika sedang berdoa. Tugas guru sangatlah mulia, lengkapilah kemuliaan itu dengan mendoakan siapapun murid. Wujud mencintai mereka salah satunya adalah dengan mendoakannya. Menjadi guru adalah salah satu kesempatan menyempurnakan keimanangan mencintai sesama. Tidaklah sempurna iman seseorang sampai ia mencintai sauadaranya seperti mencintai dirinya sendiri. Jangan hanya mendokan murid yang seakin dedah dengan kita sebagai gurunya, doakan saja mereka, apapun latar belakangnya. Sebab jika kita bukan suadara karena sedarah, pastilah kita bersaudara karena satu aqidah, kalaulah kita bukan saudara karena satu aqidah, tetapi kita saudara karena satu suku-satu bangsa. Dan kalaulah kita bukan saudara karena satu suku-bangsa, pastilah kita bersaudara karena kemanusiaan. Begitulah Ali bin Abu Thalib berpesan. Jadi Jangan Mengaku Mencintai Muridmu Kalau Doa Untuk Mereka Belum Pernah Kita Panjatkan.

Tidakkah kita senang ketika malaikat juga mendokan di saat kita mendokan orang lain (murid), dengan kalimat "dan untukmu juga", karena malaikat mendengar doa kebaikan seorang guru kepada muridnya. Sudah seharusnya memang kita mendoakan orang lain, terlebih mereka yang mempunyai hak atas diri kita seperti kedua orang tua kita, orang yang memberi nasihat, pembinaan, dakwah atau mereka yang taklim kepada kita. Sebab dengan doa yang kita panjatkan kepada Allah untuk mereka, mudahan Allah memberikan taufik, dan menolong mengeluarkan mereka dari kesedihan. Atau jika guru mendengar muridnya berdoa untuk kebaikan dirinya maupun orang lain, maka aminkan doanya.

Mengambil pelajaran dan hikmah ketika Allah meyampaikan kepada Musa ketika berdoa agar Firuan dan para pemukanya Allah binasakan harta mereka dan agar Allah menutup hati mereka beriman sampai mereka melihat balasan Allah. Kemudian Allah menjawab dengan firman-Nya doa kalian berdua Aku kabulkan (QS. Yunus : 88). Mengapa Allah mengabulkan doa kalian berdua? Karena Harun meng-Amin-kan doa yang dipanjatkan oleh Musa as.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline