Lihat ke Halaman Asli

Wildan Hakim

Dosen I Pengamat Komunikasi Politik I Konsultan Komunikasi l Penyuka Kopi

Merayakan Telolet

Diperbarui: 22 Desember 2016   14:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Para netizen di tanah air sedang menikmati demam jenis baru; demam telolet. Puncak dari demam ini begitu kencang terasa pada Selasa (21/12/2016). Lini masa (time line) media sosial baik Facebook maupun Twitter bertabur aneka rupa tulisan maupun candaan seputar 'telolet'.

Tak cuma di FB dan Twitter, ruang grup di aplikasi Whatsapp juga dipenuhi pesan seputar telolet. Dengan cepat, telolet menjadi kosakata baru dan menjadi bagian integral lelucon di media sosial. Beragam hal bisa dikaitkan dengan si telolet ini. Postingan seputar politik misalnya, bisa saja ditutup dengan ujaran; "om telolet om".

Viral telolet ini muncul secara tetiba. Sebelumnya, netizen Indonesia sempat ramai dengan viral candaan ala Mukidi. Nama yang satu ini sontak menjadi tokoh lucu yang diingat dan diperbincangkan banyak orang. Koleksi guyonan lama yang tadinya tak menampilkan tokoh bernama Mukidi secara cepat didaur ulang dan menjadikan Mukidi sebagai tokoh utamanya.

Demam telolet berbeda dengan viralnya sosok Mukidi. Telolet hadir dari dunia nyata. Ini bermula dari kesukaan sejumlah anak-anak di jalur Pantura Jawa Tengah khususnya Jepara yang dengan setia menunggu bunyi klakson bus malam jurusan Jakarta. Saat melintas, sopir bus dengan senang hati memencet klakson yang bunyinya menyerupai 'telolet'.

Bunyi klakson tersebut rupanya diabadikan oleh anak-anak dengan handphone milik mereka. Rekaman gambar bus yang melintas berikut suara klaksonnya menjadi bukti otentik koleksi telolet yang sudah didapat. Kebiasaan unik ini rupanya sempat diberitakan media massa beberapa bulan silam.

Meski hanya diberitakan sesaat, kebiasaan memburu telolet terus berlangsung. Aktivitas nyata ini rupanya baru viral pada pekan ke-4 Desember 2016 ini. Tulisan "om telolet om" membanjiri lini masa media sosial. Demam telolet ini juga dibarengi dengan munculnya meme lucu yang mendeskripsikan perihal telolet.

Pendek kata, telolet menjadi bahasa baru pergaulan. Percakapan dan postingan akan menjadi lucu jika mengetikkan tulisan 'telolet'. Untuk sebuah kosakata baru, telolet sendiri sebenarnya belum punya makna khusus. Telolet hanyalah penyederhanaan atau simplifikasi penulisan dari bunyi klakson bus.

Bila pembaca sempat mencari video rekaman si telolet ini, ada beragam bunyi klakson bus yang berhasil direkam para penggemar. Situs berita www.tribunnews.com bahkan secara khusus menurunkan berita tentang 10 video telolet yang viral. Dari beragam bunyi klakson tersebut, entah bagaimana prosesnya, disepakati penulisan bunyinya menjadi 'telolet'.

Susunan huruf yang membentuk 'telolet' ini juga terbilang unik. Kalau dibaca dari depan maupun dari belakang, maka bunyinya konsisten 'telolet'. Boleh jadi ini kebetulan belaka. Namun di balik itu, konsesus penyebutan telolet tidak lepas dari bunyi asli klakson bus yang unik dan setelah dialihtuliskan bisa membentuk bunyi yang lucu; t - e - l - o - l - e - t.

Kelucuan bunyi ini berkontribusi terhadap kemudahan netizen untuk mengingat dan selanjutnya berbanding lurus dengan kecepatannya untuk bisa menjadi viral. Yang lucu-lucu memang berpotensi lebih besar untuk bisa menjadi viral. Di tengah kejenuhan hidup, kelucuan menjadi salah satu alternatif untuk menjaga keseimbangan pikir.

Telolet yang kini menjadi trending topic itu tidak ada urusan dengan politik atau pengalihan isu. Perburuan bunyi 'telolet' ini hanyalah aktivitas alternatif bagi sebagian anak-anak dan remaja Pantura.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline