Dalam belajar, kita tidak boleh meremehkan suatu gangguan yang dialami oleh diri kita. Satu gangguan saja bisa sangat berpengaruh dalam proses belajar. Kita perlu menangani gangguan belajar ini agar tidak menjadi lebih serius.
Dalam hal tersebut, orang tua harus lebih memperhatikan kondisi anak, karena pada umumnya gangguan belajar muncul di usia tiga tahun. Dan pada saat itu orang tualah yang sangat berperan dalam penanganan apabila anak mengalami gangguan belajar. Jadi orang tua haruslah mengerti dan paham akan gangguan belajar yang dialami oleh sang anak.
Ada beberapa gangguan belajar yang sering dialami oleh seseorang, salah satunya adalah diskalkulia. Apa sih diskalkulia itu? diskalkulia adalah ketidakmampuan berhitung yang disebabkan gangguan pada sistem saraf. Jadi seseorang yang mengalami gangguan belajar ini, dia kesulitan akan mengelola angka, lemah dalam konsep arah dan waktu, dan gangguan pada ingatannya.
Bagaimana cara kita bisa tau apabila seorang anak mengalami diskalkulia? Ada beberapa gejala yang ditunjukkan seorang anak yang bisa kita ketahui jika anak tersebut mengalami diskalkulia. Yang pertama, anak tersebut lambat dalam perhitungan baik secara lisan maupun tulisan. Yang kedua adalah ia akan mengalami kecemasan yang sangat apabila berhubungan dengan angka. Yang ketiga adalah ia tidak mampu memahami konsep matematika walaupun konsep tersebut tergolong dasar. Yang keempat adalah ia tidak bisa membaca nilai numerik atau nilai operasional. Yang kelima adalah ia susah atau kesulitan dalam melacak waktu. Dan yang terakhir adalah ia susah untuk menghitung mundur.
Lantas langkah apa yang bisa kita lakukan agar sang anak bisa mengikuti pembelajaran yang berbasis angka? Ada dua cara agar sang anak bisa mengikuti pembelajaran. Yang pertama adalah kita bisa menggunakan metode belajar dengan menggunakan kertas warna. Yaitu kertas warna kita gunakan untuk membuat bangun- bangun datar atau ruang sehingga bisa menarik perhatian anak. Yang kedua adalah dengan menggunakan kelereng. Yaitu kita bisa gunakan dalam penjumlahan atau pengurangan sehingga sang anak bisa memahaminya. Jadi kita bisa menggunakan media yang bisa menarik fokus sang anak, sehingga sang anak bisa mengikuti proses pembelajaran.
Namun, tidak serta merta bahwa seorang anak yang tidak bisa dalam hal yang berhubungan angka itu adalah diskalkulia. Kita harus bisa membedakan antara seorang anak yang mengalami diskalkulia atau memang lemah dalam hal angka. Untuk lebih pastinya kita perlu mengunjungi psikiater agar bisa diketahui hasilnya.
Jadi, diskalkulia ini merupakan gangguan belajar dalam hal angka yang disebabkan karena gangguan sistem saraf. Dan perlu diagnosis dari psikiater untuk lebih jelas akan hasilnya karena tidak semua seorang anak yang lemah dalam hal angka mengalami diskalkulia.
Refrensi
Alan.2008.Ways Of Learning.Amerika Serikat:Taylor Francis e-Library
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H