Lihat ke Halaman Asli

Wildan aulia Dani

Student at UIN Syarif Hidayatullah Jakarta l Peaching and communication

Kedudukan Wanita Dalam Islam

Diperbarui: 3 November 2024   06:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Kedudukan Wanita Dalam Islam Menurut Buya Hamka

Dikalangan masyarakat kita masih besar anggapan bahwasanya islam tidak memberikan kedudukan yang layak bagi kaum perempuan, yaitu betapa salahnya anggapan itu, justru dalam islamlah kedudukan perempuan amat dimuliakan dan dari uraian-uraian yang berdasar dalil-dalil Qur'an dan Hadist serta sejarah Nabi Muhammad dan sahabat-sahabatnya, dibuktikan bahwasanya tak ada satu agama lain atau sistim lain yang melebihi penghormatan islam terhadap kaum perempuan. Namun kiranya kita perlu mereflesikan kembali bagaimana pandangan Buya Hamka terhadap kemuliaan perempuan dalam sistem kehidupan ini.

Dalam buku berjudul "Kedudukan Perempuan dalam Islam", yang merupakan kumpulan karangan karya Buya Hamka pada majalah Panji Masyarakat, kemudian diterbitkan menjadi buku oleh Yayasan Nurul Islam Jakarta. Dalam karyanya tersebut, pandangan Buya Hamka telah memberikan suatu pemikiran yang sangat penting bagi kelangsungan hidup manusia. Menurutnya Islam telah memberikan kedudukan yang mulia bagi kaum perempuan. (Hamka, 1973)

Apa saja bentuk kedudukan wanita dalam islam menurut buya hamka?

1. Perempuan juga dimuliakan 

Allah SWT berfirman dalam QS. An-Nisa ayat 1 yang artinya: 

"Wahai sekalian manusia, bertaqwalah kamu kepada tuhan kamu, yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu dan dari padanya Allah menciptakan isterinya dan dari padanya keduanya mengembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak, dan bertaqwalah kepada Allah, yang telah kamu persoalkan diantara satu sama lain, dan hubungan silaturrahim sesungguhnya Allah adalah selalu menjaga kamu".

Didalam ayat ini diterangkan bahwasanya asal-usul kejadian manusia itu adalah satu, kemudian pada satu diri itu Allah ciptakan Hawa menjadi istrinya, hal ini berarti bahwa hakikat manusia adalah satu, kemudian terbagi menjadi dua yakni laki-laki dan perempuan.

terasalah bahwasanya yang satu tetap memerlukan yang lain, hidup belumlah lengkap kalau keduanya belum dipertemukan kembali. "belum disatukan", kemudian kita kenal sebagai asul-usul berkembang-biakan manusia.

Oleh sebab itu, menurut pandangan Buya Hamka, baik laki-laki maupun perempuan tetap memerlukan satu sama lain, karena kehadiran tidak akan lengkap jika hanya laki-laki semata. Di samping itu, terdapat anjuran bahwa harus ada kesadaran kepada diri bahwa hidup haruslah berdasarkan atas taqwa kepada Allah.

kemudian kemuliaan pada kaum perempuan sudah pernah terpeloporkan seperti sosok siti khadijah isteri nabi yang pertama lalu anak-anak perempuannya telah terpesona oleh ayat-ayat dan surah-surah yang jauh terlebih dahulu diturunkan dimekkah. Misalnya pada surah ke-19 menggunakan nama perempuan yaitu surah maryam.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline