Lihat ke Halaman Asli

Wildan Ahmil

Mahasiswa Aktif Prodi Administrasi Publik UINSGD

Lebih Bahaya Mana, COVID-19 atau Berita COVID-19?

Diperbarui: 17 Maret 2020   17:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Covid-19 atau Corona Virus Disease 19 yang mana awal mula penyebarannya ialah dari sebuah kota besar di provinsi Hubei yakni Wuhan. Tak banyak dari kita yang tahu dimana Kota Wuhan sebelum adanya kabar dari pandemi COVID-19 hadir dan menjangkiti hampir seluruh negara saat ini. WHO sudah memasukkan virus ini kedalam kategori Very High yang artinya menjadi perhatian serius bagi para pekerja kesehatan. Hingga saat ini, warga yang terjangkit COVID-19 ialah berjumlah 167.

111 Orang diseluruh dunia (data berdasarkan WHO), orang yang meninggal karena virus ini sudah mencapai angka 6000 lebih orang atau 6606 orang meninggal karena Virus ini. Gejala umum yang ditimbulkan ialah demam, letih, dan batuk tidak berdahak, serta kepada suspect yang lebih lanjut, gejala yang ditemukan bisa berupa gangguan pernapasan, sakit tenggorokan dan bahkan diare. 

Menurut WHO, virus ini bisa akan lebih mematikan jika menjangkiti Lansia atau lanjut usia. Namun Tidak sedikit juga orang yang telah sembuh dari virus ini dengan sendirinya tanpa memerlukan bantuan perawatan dari tim medis. Ini yang kemudian memunculkan anggapan bahwa sebetulnya jika kita mengikuti arahan dari pemerintah atau tenaga medis expert lain, orang yang sudah terjangkit bisa sembuh dengan sendirinya dan kita yang belum terjangkit akan semakin immune terhadapnya. Lantas apakah pemerintah sudah efektif dan efisien dalam menanggulangi hal ini ?.

Sejak diumumkannya pasien positif COVID-19 di Depok bulan lalu, kepanikan mulai menyebar hampir diseluruh pelosok kota di Indonesia, mengapa demikian ? karena mungkin, menurut pandangan penulis, saat itu pemerintah ingin meminimalisir kepanikan nasional tetapi justru itu bak buah Simalakama yang malah menjadi kesalahan bagi Pemerintah, ini terbukti setelah diumumkannya suspect dari COVID-19, berapa Rumah Sakit di Pulau Jawa kemudian banyak mendapatkan laporan ODP (Orang dalam Pantauan) dan PDP (Pasien dalam Pantauan).  

Kekeliruan dari pemerintah dapat kita lihat dari konsep tahapan Krisis dari Media Training dalam buku  Ayub Ilfandy Imran (2017:96) dimana ada 4 tahap dalam munculnya sebuah krisis, di tahap dua yang memang menjadi inti dari krisis itu yakni akan mulai timbul pertanyaan kepada si 'korban', disinilah kemudian pemerintah melakukan kesalahan. 

Kesalahannya ialah, menyepelekan apa yang terjadi, atau bisa saja saat berita tersebut diterbitkan, suspect coronavirus ini masih dalam masa inkubasi sehingga ada kesetimpangan berita pada saat itu. Sejak itulah, kemudian banyak sekali berita-berita simpang siur yang bermunculan di media sosial ataupun media massa sekalipun. Dikatakan dalam buku yang sama, dimana pada akhirnya Everyone is a news maker sehingga dari sinilah kemudian 'buzzer' memanfaatkan situasinya. Sehingga pada akhirnya banyak masyarakat yang  menghentikan produktivitasnya justru karena berita hoax yang beredar dengan dalih meningkatkan kewaspadaan.

Inilah yang menjadi resolusi dari penulis yang melihat dari berbagai media, salah satunya datang dari instagram Gubernur Jawa Barat yaitu Bapak Ridwan Kamil, yang kemudian memberikan usulan dimana KLB COVID-19 agar bisa ditangani oleh masing-masing daerah, dan terbentuklah team untuk mengatasi virus ini di Jawa Barat yang bernama PIKOBAR atau Pusat Informasi dan Koordinasi COVID-19 di Jawa Barat. 

Langkah yang diambil oleh beliau merupakan salah satu bentuk dari Crisis Resolution yang kemudian merupakan sebuah langkah dalam manajemen krisis untuk mengembalikan situasi negara yang berada dalam kepanikan nasional atau mengembalikan kepercayaan dari masyarakat. Ini sejalan dengan konsep yang disampaikan dalam buku Komunikasi Krisis karya Ayub Ilfandy Imran, P.Hd. dimana dikatakan bahwa manajemen krisis ialah suatu tindakan pengelolaan untuk mencegah, atau mengendalikan dan memulihkan citra dari suatu instansi.

Sehingga pada akhirnya, kini masyarakat Indonesia sudah berkurang kepanikannya. Selain dari resolusi diatas, penulis memiliki beberapa resolusi lain diantaranya, untuk masyarakat, agar selalu memantau situs resmi berita penyebaran COVID-19 dan jangan terpengaruh oleh media massa, laksanakan pola hidup sehat sesuai arahan yang disampaikan oleh World Health Organization atau WHO. Serta lakukan social distance untuk 14 hari kedepan, semoga kita semua diberi kesehatan dan kesabaran oleh Allah SWT. aamiin.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline