Lihat ke Halaman Asli

Wilda Hurriya

HR & Marketing Executive

Dari Halal Lifestyle hingga Ekspor Negara OKI

Diperbarui: 19 November 2022   20:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Entrepreneur. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcomp

Dilansir dari data The State of Global Islamic Economy Report 2018/2019, Indonesia adalah runner up negara yang mengembangkan busana muslim terbaik di dunia, setelah Arab Saudi. Beberapa tahun belakangan ini banyak brand lokal busana muslim bermunculan.

Bahkan sederet selebriti  pun banyak yang membuka bisnis busana muslim. Gamis atau Abaya tidak lagi dilihat sebagai pakaian orang tua yang ketinggalan zaman. Variasi model yang modern searta kualitas bahan yang baik menjadi nilai jual tersendiri bagi kalangan muda.

Hal ini tentu merupakan angin segar bagi pelaku industri kecil dan menengah untuk mengembangkan produksi busana muslim dan bagi para desainer untuk terus berinovasi dalam membuat model busana muslim yang up to date dan diterima oleh masyarakat. Tren busana muslim ini tidak lepas dari semakin meningkatnya kesadaran masyarakat yang mayoritas muslim untuk mengikuti ajaran atau syariat  islam dalam berpakaian.

Selain dari sektor fashion, kesadaran mayoritas muslim untuk lebih syar’i serta mementingkan kehalalan suatu barang dan jasa merambah juga ke sektor lainnya, misalnya makanan, minuman, kosmetik, media, pariwisata, sampai transaksi perbankan atau non perbankan. Banyak umat muslim lebih memilih Bank Syariah sebagai tempat menginvestasikan hartanya untuk menghindari riba. Semakin kompleks lah ekosistem halal dalam perekonomian.

Halal (Arab: حلال‎, ḥalāl; "diperbolehkan") adalah segala objek atau kegiatan yang diizinkan untuk digunakan atau dilaksanakan, dalam agama Islam (id.wikipedia.org). Seiring perkembangan halal lifestyle kemudian tidak hanya sebatas gaya hidup tetapi juga menjadi sebuah potensi dan tantangan untuk meningkatkan perekonomian regional, nasional, maupun internasional. 

Peran aktif pemerintah diharapkan tidak hanya sebatas regulasi Undang-Undang saja tetapi juga menjadikan perbankan syariah sebagai lokomotor industri halal. Tidak hanya dalam pembiayaan modal usaha tetapi juga pengawas integritas halal. Pengendalian proses produksi dari logistik hingga verifikasi. Sehingga dalam pengajuan sertifikasi halal juga dapat dipertanggungjawabkan.

Dalam mendukung perekonomian nasional dari industri halal diharapkan juga peran aktif masyarakat agar lebih mencintai produk dalam negeri. Saya pernah mendengar informasi dari seorang desainer ternama Indonesia yang mengatakan bahwa kita bisa produksi busana yang kualitasnya sama dengan produk impor namun dengan harga yang lebih murah. 

Jadi sayang sekali jika harus membeli produk luar dengan biaya yang lebih mahal untuk kualitas yang sama baiknya dengan produk lokal. Maka, mari hargai karya anak bangsa dengan membeli produk dari negeri kita sendiri.

Lalu bagaimana negara memperkenalkan industri halal kita ke kancah internasional? Pada siaran pers Kementerian Perdagangan, Bisnis.com mengutip perkataan Mendag - Agus Suparmanto, bahwa “Sebagian besar negara anggota OKI dengan mayoritas penduduknya beragama Islam memiliki tuntutan standar pemenuhan atas jaminan produk halal yang cukup tinggi. Hal ini menjadikan negara-negara OKI sebagai pasar dengan peluang yang besar.”

Jika dalam skala nasional sudah jelas Indonesia sendiri memiliki potensi lebih dari 85% penduduk mayoritas muslim. Maka secara internasional tidak salah jika negara Organisasi kerja Sama Islam (OKI) menjadi target pasar yang luar biasa potensial. 

Perdagangan internasional sebagai salah satu motor penggerak perekonomian menjadi hal yang sangat penting. Saat ini nilai ekspor produk halal Indonesia ke negara OKI belum maksimal bahkan masih kalah dengan negara-negara non muslim. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline