Lihat ke Halaman Asli

Wilda Deliana Harahap

Mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling Islam UINSU'17

Layanan Psikososial di Tengah Wabah Covid-19

Diperbarui: 7 Agustus 2020   15:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

OLEH: WILDA DELIANA HARAHAP

Bimbingan dan Konseling merupakan proses pemberian bantuan oleh tenaga professional atau Guru BK kepada individu yang bermasalah (KES-T). Nah, ditengah pandemi seperti saat ini, guru Bimbingan dan Konseling (BK) turut ambil bagian dalam perkembangan Kesehatan Mental terhadap siswa.

Guru BK mengemban beragam peran dan tantangan untuk berkontribusi dalam fase transisi dan new normal ini. Berbagai tantangan terasa dan salah satunya adalah bergesernya metode konseling dari tatap muka menjadi via daring.

Tak bisa dipungkiri seperti kita ketahui bersama bahwa dampak dari adanya pandemi ini bukan hanya mempengaruhi kesehatan fisik namun juga mental seseorang. Dokter Spesialis Kesehatan Jiwa Psikiater Nova Riyanti Yusuf mengungkapkan pandemi yang dialami saat ini dapat membuat cemas, stress, depresi, hingga memicu bunuh diri.

Nah, oleh karena itu salah satu peran Guru BK di masa pandemi ini adalah memberikan layanan psikososial untuk menjaga kesehatan jiwa/mental, baik siswa maupun masyarakat pada umumnya.

Layanan Psikososial/Program Dukungan Psikososial (Psychososcial Support) merupakan kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan psikososial individu maupun siswa, dan masyarakat pada umumnya agar tetap berfungsi optimal pada saat mengalami krisis dalam situasi bencana atau kecelakaan.

Nah, bisa kita artikan juga sebagai layanan jenis apa pun dari luar atau lokal yang bertujuan melindungi atau meningkatkan kesejahteraan psikologis dan/atau mencegah serta menangani kondisi kesehatan jiwa dan psikososial.

Nah, lalu kenapa sih layanan psikososial sangat dibutuhkan? Seperti yang dikatakan oleh Dokter Spesialis Kesehatan Jiwa Psikiater Nova Riyanti Yusuf bahwa pandemi yang dialami saat ini dapat membuat cemas, stress, depresi, hingga memicu bunuh diri.

Maka dari itu Guru BK harus melakukan layanan psikososial ini. Layanan psikososial dilaksanakan dalam beberapa tahapan, yaitu: Tahap pertama, Rapid Assesment, kaji cepat kepada sasaran/penyintas yang kehilangan anggota keluarga saat terjadi bencana, penyintas yang mengalami luka berat, penyintas yang rumahnya hancur atau rusak berat, orang dewasa, ibu hamil, penyandang disabilitas.

Assessment dilakukan dengan lima cara, yaitu: 1) Wawancara terbuka, 2) Wawancara tertutup, 3)Activity daily living mapping dimana ketiga metode ini digunakan untuk kelompok asesmen pada kelompok wanita dan pria dewasa dengan menuliskan aktivitas-aktivitas penyintas sehari-hari sebelum bencana, aktivitas saat ini setelah pengungsian, masalah dan harapan penyintas, 4) Tools berupa body mapping, dimana body mapping digunakan untuk asesmen pada kelompok anak dan remaja, dengan menggambar secara utuh dan bentuk manusia secara abstrak, kemudian menuliskan apa yang mereka pikirkan , mereka lihat, mereka dengar, mereka cium, mereka rasakan pada saat bencana, dan menuliskan harapan mereka, 5) Cerita dan menggambar pada anak.

Tahap kedua, Intervensi dimana intervensi dalam rangka psikologi dan khususnya psikologi klinis adalah membantu klien atau pasien menyelesaikan masalah psikologis, terutama sisi emosionalnya. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline