Lihat ke Halaman Asli

pohon rambutan, bagasi, dan celana

Diperbarui: 26 Juni 2015   02:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

kamu tahu?
disini. ya, disini.
malam kian tumpah semakin diaduk jadi semakin larut.
aku sudah daritadi bolak-balik bantal, tapi belum ada sebiji kantuk terselip.
kalau aku paksakan menutup mata, yang kelihatan malah samar-samar senyummu yang malu-malu di stasiun waktu itu.
malu. sekaligus galau. ingin melepasku atau mencuri bagasiku dan kemudian kamu tumbuhkan satu pohon rambutan, agar aku pergi di musim tanam selanjutnya.
kamu melepasku. mulutmu senyum, berbohong memang.
tapi, matamu tidak.
seperti mataku malam ini.
di dalamnya sedang subur hari-harimu yang kian kerontang.

ya, besok aku pulang.
untuk aku tanam pohon rambutan.
bukan di bagasiku.
tapi, di celanaku. soalnya, celanaku cuma satu dan tidak mungkin aku jalan-jalan tanpa celana.

~kota nenek moyang, hari ketujuh, malam kedelapan.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline