Lihat ke Halaman Asli

Wikan Widyastari

An ordinary mom of 3

Meletakkan Cinta Pada Tempatnya

Diperbarui: 3 Januari 2024   05:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Lyfe. Sumber ilustrasi: FREEPIK/8photo

Dalam suatu perjalanan, tetiba anak gadis bungsuku berkata,"Mama, aku mau cerita, boleh?"Mukanya, ekspresinya, terlihat sangat jelas, bahwa apa yang akan dia ceritakan adalah mengenai kawan lawan jenis. Gadisku satu ini, mukanya seperti cermin hati dan pikirannya bagiku. Aku bisa membedakan ekspresi dia ketika ingin meminta sesuatu, pengin beli sesuatu, yang mungkin akan ditolak ibunya karena barang yang ingin dibeli hanya barang pajangan saja. Atau ekpresi dia ketika akan meminta suatu barang yang berguna atau mahal, ekspresi dia ketika merasa melakukan kesalahan, dan banyak lagi yang lain, yang bahkan sebelum dia bicarapun, aku tahu apa yang akan dia bicarakan.

Jadi aku jawab,"boleh dong sayang, apapun yang mau kamu bicarakan, feel free dan jangan ada apapun yang ditutupi dari Mama"jawabku.

Ketika kami sampai di rumah, dan rebahan di tempat tidur, aku tagih permintaannya untuk bicara denganku. 

lalu diapun bercerita tentang seorang teman laki-laki, yang aku juga pernah ketemu, Kawan laki-lakinya ini pernah datang ke Jogja jauh-jauh dari Jakarta untuk menemuinya, bersama dengan seorang kawannya. Dan membawa banyak oleh-oleh. Sepintas sih, kurasa dia anak baik-baik dan tidak aneh-aneh. Dan menurut anakku dia memang anak yang sangat baik. Penuh perhatian, dan selalu siap membantu. Karena mereka dipisahkan oleh jarak, yang satu tinggal di Jakarta, anakku tinggal di Jogja, mereka lebih banyak berinteraksi secara online. Kalau pas anakku main ke Jakarta, karena dua orang kakaknya tinggal di Jakarta dan bekerja di sana, jadi anakku kalau libur suka berkunjung ke Jakarta,  kawannya ini akan dengan suka rela menjemput beberapa kawan yang lain agar mereka bisa ketemuan dengan anakku. Biasanya mereka hanya akan ketemu di sebuah rumah makan di mall, ngobrol ramai-tramai banyak hal. lalu pulang. Hanya itu. Interaksi yang intens lebih banyak chatting online. 

Mungkin karena interaksi ini, lama-lama tumbuh semacam perasaan suka pada mereka berdua. Setelah beberapa lama, dan saling terbuka satu sama lain mengenai kehidupan personal, keluarga dan sebagainya, yang menurutku memang, hampir tidak mungkin hubungan mereka diteruskan, karena jauhnya perbedaan antara mereka. 

Tanpa bermaksud untuk SARA, karena bagi kami, tidak masalah jodoh dari suku apapun, asal memiliki keyakinan (agama) yang sama, tapi ini adalah kenyataan yang mereka hadapi, kawan anak saya ini suku tionghoa, dengan segala adat dan pernak perniknya. Dan saat ini dia juga sedang dalam masa menjauh dari agama, karena mempertanyakan banyak hal. Sementara kami dari keluarga yang memiliki keyakinan berbeda dan banyak aturan yang harus dipatuhi. Menyadari hal tersebut, nampaknya mereka bisa berpikir rasional, logis dan tidak membiarkan diri terbawa emosi.

"Mungkin, aku hanya menikmati perhatian yang dia berikan Ma, tidak benar-benar cinta sama dia. Juga karena berbagai pertimbangan ini, aku sama kawanku memutuskan untuk sekedar berteman saja dan tidak melanjutkan membangun perasaan ini. Sedih sih, tapi aku lega setelah mengambil keputusan ini"kata anakku,

Aku langsung memeluk anakku dan mengatakan."Mama bangga padamu sayang, kamu sudah bisa mengambil keputusan yang paling baik, dengan pertimbangan yang logis dan rasional. Tidak hanya menuruti perasaan. Mama bangga padamu, Mama bangga karena kamu sudah dewasa dan bertanggung jawab terhadap hidupmu dan masa depanmu dengan baik.'"

Sesungguhnya cinta, atau jatuh cinta adalah kata kerja, kemana dia diletakkan, harus dengan pertimbangan yang rasional, logis dan jauh dari kata emosi buta. Jika anak-anak kita pandai mengendalikan perasaan dan emosinya, niscaya, kerusakan -kerusakan karena cinta yang diletakkan pada tempat yang tidak tepat tidak akan terjadi. Menjadi perempuan harus bersabar, dan rasional  dalam memilih dimana cintanya akan diletakkan. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline