[caption id="attachment_318608" align="aligncenter" width="448" caption="Ayam Bakar Nusantara di malam hari. Silahkan bersabar menunggu kalau sedang ramai karena proses pembakaran dengan arang batok cukup lama"][/caption]
[caption id="attachment_318611" align="aligncenter" width="448" caption="Seporsi ayam bakar berteman teh poci hangat. Benar-benar terasa Bantulnya"]
[/caption]
Kalaupun ada banyak restoran ayam bakar yang pernah saya kunjungi di kota lain, belum pernah ada satupun yang memaksa saya menjejalkan setengah ekor ayam kampung langsung ke dalam perut bersama dengan segunung nasi ditemani sambal dan lalapan yang segar. Mulanya saya hanya memesan seperempat ekor ayam kampung muda dengan sambal rempah nusantara yang legit, namun karena nasi masih tersisa cukup banyak saying rasanya kalau tidak dihabiskan (alas an aja buat nambah ayam sih, hehehe...). Seperempat ekor ayam berikutnya saya paksa mencari celah celah sempit di dalam lambung yang sebenarnya sudah mulai terasa penuh. Itulah pengalaman pertama berkenalan dengan Ayam Bakar Nusantara.
Sebenarnya kota ini memang sudah identic dengan masakan berbasis ayam, mulai dari gudeg manggar mbah Dullah yang berisi ayam jago (yang jelas menurut saya ukuran ayamnya cukup besar), ayam goreng bu Ismo yang sudah puluhan tahun, tongseng jago di sudut pasar Bantul, soto ayam pak Blo'on sampai bakmi Jawa yang tersebar di setiap sudut kota yang hanya beroperasi di malam hari. Nmaun demikian, Ayam Bakar Nusantara layak disebut ikon kuliner kota Bantul karena kuliner ini benar-benar mengeksploitasi kekayaan rempah-rempah nusantara dipadu dengan cita rasa khas Bantul yang mengedepankan rasa manis, gurin dan sedikit pedas dengan aroma yang cukup berani.
Sekali waktu cobalah melintas lambat di Jalan Bantul KM 10. Jika anda berkendara dari arah Jogja, tempatnya kira-kira 150 meter sebelum anda mencapai perempatan Masjid Agung Manunggal Bantul, atau di depan took pakaian Pantes dan PHB (Pasar Handphone Bantul), maka anda akan digoda ooleh aroma asap dari ayam yang dibakar menggunakan arang batok. Mmmmm..... lebih dari sekedar mak nyus.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H