Om Swastiastu Om Ano Bhadrah Krattawoyantu Wistawah,
Rahajeng Rahinan Kuningan semeton sedharma.
Selamat merayakan hari kemenangan dharma melawan adhrama, Hari Raya Kuningan bagi para umat hindu. Perayaan yang menjadi salah satu dari rangkaian Hari Raya Galungan ini dirayakan setiap 210 hari yang jatuh pada hari Saniscara Kliwon, wuku Kuningan atau 10 hari setelah dirayakannya Hari Raya Galungan. Pada Hari Raya ini umat hindu memperingati kebesaran Sang Hyang Widhi dalam wujud Sang Hyang Parama Wisesa yang merupakan roh -- roh dari para leluhur dengan melakukan persembahyangan dan menghaturkan hasil bumi sebagai bentuk rasa syukur terhadap kemenangan dharma melawan adharma. Ciri khas yang selalu ada pada perayaan ini adalah tersedianya ajengan atau makanan dengan kuning, misalnya nasi kuning dan parutan kelapa yang juga diberi warna kuning bernama saur
serta pelengkap lainnya seperti kuning telur dan kacang -- kacangan. Adanya warna kuning tersebut tentunya memiliki arti yang mendalam bagi siapapun yang merayakan Hari Raya Kuningan.
Kuningan memiliki arti warna kuning dan merupakan salah satu nama dari wuku ke 12 dalam penanggalan tradisional di Bali. Wuku memiliki perhitungan 1 wuku setara dengan 7 hari, sehingga jumlah total hari yang ada pada kalender wuku Bali adalah sebanya 420 hari dalam satu tahun. Lambang warna kuning yang kerap kali muncul pada Hari Raya Kuningan tersebut merupakan simbol dari adanya kemakmuran yang telah dilimpahkan pada para leluhur kepada para penerusnya, dimara tersirat harapan agar saat melakukan perayaan, terdapat perasaan uning dan eling (tahu dan sadar) untuk selalu mengendalikan diri dengan baik dimanapun dan pada sispapun yang berada disekitar kita. Simbol ini juga berkaitan dengan penerapan dari adanya Tri Hita Karana dimana keseimbangan bisa terjaga apabila dapat menjaga kesinambungan terhadap Ida Sang Hyang Widhi, antar manusia, dan dengan lingkungan sekitarnya dengan baik. Penerapan dari simbol ini tentunya akan membuat, kelestarian alam serta tradisi tetap terjaga secara turun temurun, karena keseimbangan antar Tuhan dan Manusia terjalin dengan baik.
Simbol warna kuning yang identik pada hari raya Kuningan ini juga dibarengi dengan bentuk canang atau sarana persembahyangan yang juga memiliki filosofi tersendiri. Alat upacara yang paling khas pada perayaan upacara Kuningan ini adalah Tamiang berwarna kuning, dengan bentuk bulat bagai perisai, dirajut dari bahan daun kelapa muda atau janur kuning ini menyimbolkan sebuah tameng yang menjadi perisai saat perang. Selain itu, bentuknya juga dapat diartikan sebagai lambang Dewata Nawa Sanga yang merupakan penguasa sembilan arah mata angin. Sarana khas lainnya adalah Endongan yang berbentuk seperti tas, dimana terdapat perbekalan sebagai simbol dari ilmu pengetahuan yang kita miliki untuk mengarungi kehidupan selama diberi atma. Lalu, ada sara Ter, yang berbentuk panah dan merupakan simbol senjata untuk kelengkapan perang dalam kehidupan ini, yang disertai dengan sampian gantung sebagai simbol penolak bala, dan sedangkan nasi kuning sebagai lambang kemakmuran. Dimana secara keseluruhan, warna kuning yang terdapat baik pada sarana dan ajengan yang ada pada hari raya Kuningan ini merupakan simbolisme dari adanya kemenangan dan kemakmuran yang diperoleh dari jerih payah dan pengorbanan untuk menyeimbangkan diri kita atau lingkungan disekitar.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H