Lihat ke Halaman Asli

Seekor Katak di Hatiku

Diperbarui: 24 Juni 2015   08:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Embun pagi baru saja menetes dari pohon jambu di depan kamarku
Sisa hujan tadi malam
Saat kutenggelam dalam banjir syair
Dalam syahdu doa
Dalam lontar mantra
Dan aku melihat isyarat langit
Bahwa aku akan mencintaimu mulai malam tadi
Bahwa aku akan mengikuti jejakmu
Setiap langkahmu

Tidakkah kau lihat
Di hatiku ada katak yang sedang melompat-lompat
Berharap kau menjawab salamnya
Senyumnya
Berharap kau mau percaya
Kalau dia ada
Benar benar ada
Sayang engkau tak pernah percaya

Katak itu mulai lelah
Dia tak lagi melompat lompat
Hanya diam menatapmu
Hanya diam mengharapmu
Selagi dia dapat hidup dengan mencintaimu
Selagi dia dapat hidup dengan apa yang ada padamu

Aku tak tahu sampai kapan katak ini akan ada di hatiku
Tapi dia tak pernah mau pergi
Katanya mencintai bukanlah memiliki
Memiliki tak mesti mencintai
Dia berkata
Bahwa pecinta sejati adalah
Mencintai seseorang dengan sepenuh hati
Tanpa mengharapkan sedikitpun mendapat balasan
Bahkan tak pernah berharap engkau mencintainya
Hanya meminta izin memimpikanmu di tidur lelahnya
Hanya ingin menyebutmu dalam igaunya

Seandainya engkau tahu
Bahwa belum terlambat untuk menjenguknya
Katak itu tengah sakit sakitan
Bukan karena memikirkanmu yang tak pernah berpaling
Tapi karena dia tak makan
Mau makan apa dia di hatiku?
Dia tak akan tega memakan hatiku
Tidak sebagaimana orang lain melakukannya berkali kali padaku
Oya, katak itu mungkin tengah menulis surat terakhirnya yang ingin dia sampaikan
Karena hidup manusia tak pernah abadi
Apalagi untuk seekor katak di hati manusia
Dia sadar itu
Dia tahu suatu saat dia akan mati
Dan engkau akan di bumi
Mencintai
Dan dicintai orang (atau katak lain, mungkin)
Katak itu berpesan
"Siapapun engkau yang pernah mengganggu tidurku dengan bayangmu yang tak pernah lepas
Siapapun engkau yang pernah kubayangkan di awang awang langit kamarku yang tak pernah hilang
Siapapun engkau yang pernah kulukiskan di rintik hujan di sore syahdu yang tak mungkin kusentuh
Siapapun engkau yang pernah kuharapkan dapat bersama menghias cakrawala yang mungkin tak dapat kulakukan
Siapapun engkau
Aku mencintaimu
Lebih dari yang engkau tahu"

Katak kecil di sudut hati manusia

NB: Sedetik kemudian tetesan di pohon jambu sampai ke bumi
Di bumi tempat katak pernah mengumbar cintanya

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline