Lihat ke Halaman Asli

Sepotong Kata

Diperbarui: 24 Juni 2015   09:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

tidak ada alasan untuk mengeluh

menangis menggugu
berkaca berurai airmata
atau duduk di pojok ruangan
dan membenturkan kepala ke dinding

sebelum bertanya?
untuk apa semua itu?
untuk apa aku membiarkan diriku terpuruk
dan terus menyumpahi nasib
atau menggerutu setiap waktu

aku hanya akan berjanji
tidak terjatuh di lubang yang sama lagi
aku cuma mau mencoba
merajut mimpi dgn benang harapan
memang tak mudah
karena hal termudah adalah menyakiti hati
membuat orang menangis, lalu mengumbar maaf

dan selalu
setiap di bangun tidurku
aku menyesali masa lalu
menangisi kenangan yang tak kudapat lagi
meski secuil
tapi lupa
Tuhan menjagaku sepanjang waktu
lewat malaikat-NYA
DIA kirimkan semangkuk penuh kasih
yang tiada habis diminum makhluk sealam semesta
tapi kenapa?

aku tak berusaha meminumnya?
berusaha menggapai mangkuk itu?
padahal letaknya cuma dipinggir meja

aku bodoh
hidupku penuh kesedihan
padahal suka duka itu satu ibu
satu sumber
hati yang merupakan keduanya berbeda
dan menusuk kita
dalam kesedihan
kesukaan menunggu di ruang tunggu
menanti dipanggil olehmu

dia menantimu

menantimu

mewarnai langit yang tak lagi biru

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline