Seperti yang kita ketahui, presiden Jokowi pada tanggal 03 September secara resmi telah mengumumkan kenaikkan harga BBM (Bahan Bakar Minyak) untuk jenis pertalite, pertamax dan solar subsidi.
Bukan tanpa alasan pemerintah menaikkan harga BBM, di samping karena factor harga minyak mentah dunia mengalami kenaikkan, hal ini disebabkan oleh anggaran selama dalam Perpres 98 tahun 2022 membengkak sebesar 3 kali lipat.
Imbas akan kenaikkan harga BBM, terutama dirasakan oleh masyarakat yang kurang mampu. Di mana harga kebutuhan hidup semakin mencekik seperti harga sembako mengalami peningkatan, biaya pengobatan mahal, tarif daya listrik melonjak. Sehingga hal ini mengakibatkan meningkatnya jumlah pengangguran. Bukan tidak mungkin, bila jumlah pengangguran meningkat, maka timbullah keresahan dan kekacauan.
Seperti demo di berbagai daerah yang dilakukan oleh mahasiswa dan kaum buruh. Mereka menolak kenaikkan harga BBM.
Meskipun pemerintah memberi kompensasi berupa BLT (Bantuan Langsung Tunai) dan BSU (Bantuan Subsidu Upah), namun hal ini malah justru memicu timbulnya masalah. Sebagai contoh, salah sasaran dalam menyalurkan BLT. Di satu sisi, dana kompensasi berupa BLT dapat membantu masyarakat miskin dalam memenuhi kebutuhan hidup.
Berkaca dari tahun-tahun sebelumnya, perihal kenaikkan harga BBM yang berdampak pada berbagai aspek maka seyogyanya pemerintah meninjau ulang kebijakkan mengenai kenaikkan harga BBM. Di tambah lagi, menjelang pilpres isu kenaikkan harga BBM menjadi alasan utama untuk menurunkan popularitas pemerintah.
Masukan dari penulis:
Pemerintah mencari solusi jangka panjang imbas kenaikan harga BBM untuk berbagai sektor.
Pemerintah harus mengkaji ulang kebijakan mengenai kenaikkan harga BBM. Apakah dengan menaikkan harga BBM bermanfaat bagi masyarakat atau malah justru menindas kesejahteraan masyarakat terutama masyarakat kurang mampu, masyarakat menengah ke bawah.
Pemerintah semestinya menstabilkan harga BBM, sehingga masyarakat dapat leluasa bergerak dalam memenuhi kelangsungan hidup. Tanpa ada kekhawatiran akan lonjakkan harga.
Misalnya saat berangkat kerja harus mengisi BBM, waktunya makan dapat enjoy makan di rumah makan tanpa harus berpikir 2 kali bagaimana dengan harga menu, bagaimana dengan keluarga di rumah, bagaimana dengan hari esok.