Lihat ke Halaman Asli

Wiji Pasiani

Sedang Belajar Menulis

Lika-Liku Menjadi Asisten Rumah Tangga di Negeri Seberang

Diperbarui: 30 Juni 2022   13:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Bukan impian setiap individu untuk menjadi asisten rumah tangga. Banyak yang beranggapan bahwa menjadi asisten rumah tangga di negri orang adalah menyenangkan. 

Seperti diajak makan di restoran ternama, diajak berlibur singgah di hotel berbintang, diajak majikan ke luar kota bahkan ke luar negeri. Tidak semua ART diperlakukan seperti itu Ferguso, kalaupun ada hanyalah dalam hitungan jari saja.

Tak sedikit pula yang mengatakan bahwa sebagai asisten rumah tangga di Hong Kong mendapatkan gaji besar, kantong tebal pulang ke kampung halaman layaknya nyonya besar. 

Pulang ke tanah kelahiran bisa membangun rumah gedong, membeli mobil, membangun bisnis, baju up to date, beserta skin care dengan harga yang bikin melongo dan sebagainya yang intinya menjadi asisten rumah tangga adalah menyenangkan.

Ferguso...tak banyak asisten rumah tangga bernasib mujur, ada yang pulang tanpa membawa tabungan, ada yang pulang membawa anak dan bahkan ada juga yang pulang ke tanah air malah error. 

Beberapa hari yang lalu beredar sebuah kabar tentang seorang ART yang mencoba untuk bunuh diri dengan jalan terjun dari jembatan di area Chai Wan. 

Berdasar akun Facebook Nisrina Make up Wedding, usut punya usut ternyata uang gajinya habis untuk teman lelakinya. Aneh? Iya memang tapi ini memang kisah nyata Ferguso.

Sebagai seorang yang sudah dewasa, yang sudah membulatkan tekad untuk merantau di negeri orang tentunya sudah mempunyai gambaran bagaimana beradaptasi dengan lingkungan negara penempatan, termasuk gambaran mengenai pengaturan keuangan di mana niat bekerja di negeri sebrang adalah untuk meningkatkan kualitas hidup. Bukankah menjadi harapan bagi keluarga yang ada di rumah?

Memang tidak mudah beradapatasi dengan lingkungan setempat dengan begitu banyak etnik yang sama-sama mencari penghidupan yang layak. 

Namun jika dalam setiap langkah selalu berpegang teguh pada niat dan tujuan, tentulah hal-hal yang tidak diinginkan dapat diminimalisir. Semangat kawan. Semangat berjuang guna menciptakan kualitas hidup yang lebih.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline