Lihat ke Halaman Asli

Menolak Perpeloncoan dengan Melakukan Perpeloncoan

Diperbarui: 20 September 2020   19:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pengenalan kehidupan kampus mahasiswa baru (PKKMB) FAKULTAS PERTANIAN 2018 | dokpri

Akhir-akhir ini netizen heboh menanggapi perihal ospek terhadap mahasiswa baru yang dianggapnya dipelonco itu. Berbagai komentar miring dari para netizen di Indonesia membuat suasana memanas di dunia maya.

Hal itu berawal dari potongan video yang beredar. Dalam video terlihat kakak tingkat sedang mengomel dan membentak mahasiswa baru yang dianggapnya melakukan kesalahan-kesalahan. Pastinya kamu sudah tahu akan hal ini dan sudah melihat rekaman video yang beredar itu bukan.

Pendapat setiap individu memang berbeda yang tidak mungkin bisa dipaksakan untuk sama (sependapat). Akan tetapi, bukankah apa yang dilakukan oleh netizen kepada kakak tingkat yang dianggap melakukan perploncoan itu kepada mahasiswa baru juga merupakan perpeloncoan? Mereka diolok-olok oleh semua netizen dari sabang sampai Merauke. bukankah ini lebih menyakitkan kepada mereka? Kita harus memikirkan juga seberapa terpukulnya mereka atas beredarnya video itu.

Memang, apa yang mereka lakukan itu salah dan berdampak buruk. Namun, disamping dari hal negatif yang dilakukan oleh panitia itu ada juga hal positifnya bukan? Kita harus juga mengakui bahwa ada hal positif dari perpeloncoan itu (bukan saya mendukung perpeloncoan).

Sekarang mari kita bedah kembali, seorang mahasiswa baru yang selama ini katakanlah bersembunyi dalam perlindungannya dalam hal ini orang tuanya. Mereka (mahasiswa baru) harus belajar untuk bertahan tanpa lindungan dari pelindungnya bukan.

Menyiapkan mental mahasiswa baru untuk kuat menjalani kehidupannya sendiri serta siap untuk menerima kenyataan bahwasanya dalam hidup, manusia akan selalu mendapatkan sesuatu hal yang pastinya tidak disukai bahkan mendapat tekanan dari berbagai kalangan. Dalam hal seperti ini saya menyebutkan bahwa mereka yang tidak siap dipelonco adalah mereka yang memiliki mental lemah, yang tidak siap menghadapi dunia nyata yang penuh dengan perpeloncoan itu.

Contohnya saja seorang buruh yang  bekerja di pabrik akan mendapat tekanan saat atasannya memberikan target kerja yang harus diselesaikan dalam jangka waktu tertentu. Tentunya ini juga merupakan perpeloncoan karena akan berakibat pada psikologi pekerja tadi. Begitu juga seterusnya. 

Dalam bermasyarakat sering sekali kita bertemu dengan orang-orang yang memiliki kepribadian yang jauh berbeda, dalam usaha menyatukan diri dengan orang lain itu juga merupakan suatu perpeloncoan ( dalam hal ini tekanan untuk menyesuaikan diri) meski manusia merupakan makhluk hidup yang begitu baik dalam hal menyesuaikan diri dengan lingkungannya namun gejolak dalam diri juga pastinya akan ada.

Dalam sisi organisasi mahasiswa juga akan mendapatkan perpeloncoan. Sebut saja organisasi mahasiswa yang bergerak dibidang olahraga, mereka alan dites kemampuannya dalam suatu bidang yang mungkin bukan bidangnya, hal ini tentu menjadi tekanan bukan. Selain itu dalam organisasi gerakan mahasiswa, calon anggota baru Organisasi gerakan itu akan dipelonco juga secara pemikiran, mereka akan dipaksa berfikir kritis tentunya dengan gaya-gaya gerakan mahasiswa.

Begitulah seterusnya bila kita tidak menerima diperlonco itu maka kemungkinan kita tidak akan dapat bergabung dengan suatu kelompok ataupun kemasyarakatan. Tekanan-tekanan akan selalu diperhadapkan kepada setiap individu, dan harus dapat diterima sebagai bagian dari suatu proses perjalanan hidup.

Untuk itu saya mungkin tidak setuju dengan perpeloncoan akan tetapi, perpeloncoan bukan suatu hal yang dapat kita tolak meski kita tidak menyukainya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline