Lihat ke Halaman Asli

Wijaya Kusumah

Guru Blogger Indonesia

Guruku Sayang, Guruku Malang

Diperbarui: 19 November 2024   20:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Omjay guru blogger indonesia/dokpri

Guruku Sayang, Guruku Malang

Di dalam setiap perjalanan hidup, pasti ada sosok yang berperan penting dalam membentuk diri kita. Bagi banyak dari kita, sosok itu adalah guru. Mereka bukan hanya pengajar, tetapi juga pemandu dan inspirator yang mengajarkan arti ketekunan, kesabaran, dan cinta. Wajahmu penuh cinta dan kasih sayang kepada sesama manusia.

Masih teringat dengan jelas wajah-wajah guru SD-ku, di sana ada wajah ibu Seno, bapak Abdul Majid, Bapak Muchtar Saly kepala sekolahku yang baik hati di SD Bahariwan 45.

Kenangan Bersama Guruku

Setiap hari, saat bel sekolah berbunyi, kami bergegas menuju ruang kelas, tempat di mana ilmu dan kebijaksanaan disampaikan. Di depan kami, berdiri sosok yang penuh dedikasi. Dialah guru kami. 

Dengan senyum hangat dan semangat mengajar yang tak pernah pudar, beliau menjadikan setiap pelajaran bukan hanya sekadar teori, tetapi juga pengalaman hidup yang berharga.

Guruku, dengan sabar menjelaskan materi yang kadang sulit dipahami. Beliau selalu berusaha menemukan cara agar kami bisa mengerti, melibatkan kami dalam diskusi, dan memberi kesempatan untuk bertanya. Setiap kali kami merasa putus asa, beliau hadir dengan kata-kata penyemangat, mengingatkan kami bahwa kegagalan adalah bagian dari proses belajar.

Tetaplah berbuat baik, di manapun, kapanpun dan dalam kondisi apapun. Sesungguhnya lelah dan keringat peluh yang keluar darimu akan menambah nilai bahagiamu di hadapan Allah suatu hari ketika mulut dikunci, tangan berbicara dan kaki menjadi saksi.

Namun, Guruku Juga Malang

Namun, di balik senyuman dan pengabdiannya, tersimpan kisah yang tak selamanya indah. Banyak guru yang berjuang dalam keheningan, menghadapi berbagai tantangan yang tak terlihat oleh mata kami. Keterbatasan fasilitas, rendahnya gaji, dan kurangnya perhatian dari pihak terkait sering kali membuat mereka merasa terabaikan. Dalam perjuangan mereka, ada kesedihan dan kepedihan yang mungkin tak pernah kami sadari.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline