Naik kereta tebu di pabrik gula Madukismo Yogyakarta, mengingatkan Omjay tentang masa lalu. Sebuah masa yang tak pernah terlupakan dalam kisah Omjay menjadi manusia.
Angkutan Kereta Api (Angker) adalah pilihan tepat buat orang BSD. Bukan Bumi Serpong Damai yang di Tangerang, tapi Bekasi Sonoan Dikit, hehehe.
Tak pernah terbayangkan harus naik kereta api pergi dan pulang. Hal itu justru terjadi setelah Omjay menikah, dan menempati rumah mungil di Bekasi Regency 1, Wanasari, Cibitung, kabupaten Bekasi.
Tanggal 8 Maret 1998, Omjay menikah di Bandung. Setelah menikah, istri Omjay ajak pindah ke rumah baru di Cibitung, kabupaten Bekasi. Kami memulai dari nol, dan akhirnya lahir Intan dan Berlian. Intan lahir tahun 1998, dan Berlian lahir tahun 2003.
Transportasi yang Omjay pilih untuk berangkat ke sekolah adalah kereta api. Omjay naik motor dari rumah menuju stasiun Tambun. Motor kemudian dititipkan di stasiun Tambun. Banyak sekali motor dititipkan pemiliknya di tempat penitipan motor.
Dari stasiun Tambun, Omjay naik kereta api diesel yang biasa disebut KRD. Belum ada KRL atau kereta listrik sampai stasiun Tambun kala itu. KRL baru ada sampai stasiun Bekasi saja. Sehingga kalau pulang, Omjay sering mampir dulu ke Stasiun Bekasi.
Jumlah penumpang jangan ditanya. Penuh sampai ke atap kereta, dan penuh dengan pedagang yang akan berjualan ke stasiun kota. Omjay turun di stasiun Klender, dan naik angkot atau metromini ke sekolah Labschool Rawamangun.
Keluar dari kereta KRD, badan sudah penuh mandi keringat. Kami mandi sauna di dalam kereta. Oleh karena itu, Omjay dibekali istri minyak wangi, agar ketika sampai sekolah badan tetap wangi dan tidak bau badan.
Begitu juga kalau pulang dari sekolah. Baju seragam sekolah Omjay lepas, dan berganti kaos saja. Kereta menuju Tambun masih jarang, dan akhirnya Omjay mampir dulu di stasiun Bekasi naik KRL.