Jadi penulis itu seperti pedagang keliling, tidak pernah putus asa menjajakan dagangannya. Hal itulah yang menjadi topik pilihan kisah Omjay kali ini. Semoga anda tidak pernah bosan membaca kisah Omjay yang tingkat keterbacaannya tinggi di kompasiana. Itulah mengapa Omjay mencetak ulang buku menulislah setiap hari dan buktikan apa yang terjadi agar semakin banyak orang senang menulis setiap hari.
Kalau Omjay sedang duduk santai di teras depan rumah, di pagi hari sudah banyak pedagang keliling. Dari mulai tukang bubur ayam, tukang bubur kacang hijau, tukang lontong sayur, tukang dagang makanan peyek dan gorengan, tukang nasi uduk, dan tukang sayur keliling. Banyak sekali tukang dagang keliling menjajakan dagangannya. Kita tinggal pilih mana yang disuka atau dibeli, dan ada uangnya.
Siang hari akan terlihat tukang bakso, tukang ketoprak, tukang gado-gado, tukang mie ayam, dan tukang ice cream, tukang es dawet serta cendol yang menggiurkan. Sore hari biasanya ada pedagang roti keliling, tukang bakpao, tukang jahit, tukang sol sepatu, tukang tahu gejrot, tukang rujak, dan lain sebagainya.
Kalau sudah malam lain lagi tukang dagang kelilingnya. Ada tukang nasi goreng dan mie tektek, tukang martabak manis, tukang sekoteng, tukang susu jahe, tukang sate ayam madura, dan tukang sate padang. Pokoknya setiap hari tiada henti tukang dagang keliling bermunculan berkeliling di depan rumah Omjay.
Mereka keliling setiap hari dan tak mengenal kata libur. Bagi mereka setiap hari adalah tempat menjemput rezeki. Kalau mereka tak berangkat untuk berdagang, maka tak akan ada pemasukan hari itu. Mereka harus berusaha agar dagangannya laku. Tak peduli cuaca, panas atau dingin, hujan atau tidak hujan, mereka tetap berdagang menjemput rezekinya masing-masing.
Makanya Omjay paling suka kalau habis hujan, tiba-tiba Mang Ujang tukang sekoteng lewat. Beliau adalah tukang sekoteng paling lama berjualan di komplek perumahan kami. Dari Omjay masih sekolah di SMP, Mang Ujang sudah jualan sekoteng keliling, dan terus jualan hingga saat ini membawa gerobak sekotengnya yang baru. Beliau berjalan kaki mendorong gerobaknya lebih dari 10.000 langkah setiap hari. Begitulah rahasia sehat Mang Ujang, dan terlihat awet muda. Hanya rambutnya saja yang memutih.
Suatu ketika Omjay bertanya sama Mang Ujang. Omjay sedang membeli sekotengnya. Kebetulan ada Pak Paidi dari Bengkulu sedang menginap di rumah.
"Mang kalau sekotengnya gak laku, atau yang beli sedikit, sisanya mau dikemanakan mang?"
Begitulah Omjay bertanya kepada Mang Ujang yang malam itu habis hujan-hujanan karena baru saja hujan berhenti di kompleks perumahan kami.
Lalu Mang Ujang berkata, "Dikasihin tetangga aja atau satpam kompleks, atau Mang Ujang simpan lagi untuk dijual esok hari."