Seorang kawan mengirimkan foto dan video kerusuhan di pulau Rempang Batam. Omjay cek kejadian itu di google dan YouTube. Juga di Instagram . Takutnya informasinya hoaks. Cek and rechek berita saat ini penting di era digital. Supaya kita tidak termakan hoaks atau berita bohong.
Ternyata kejadiannya memang benar terjadi. Penduduk pulau Rempang Batam melakukan perlawanan, karena tanah kelahiran mereka akan digusur dan dipindah ke tempat yang baru. Mereka merasa tidak diperlakukan secara adil sebagai rakyat Indonesia.
Untuk meredam kasus ini, semua pihak perlu mediasi dan duduk bersama untuk mencari solusinya. Semua pihak harus menurunkan amarahnya supaya mendapatkan solusi terbaik. Harus ada pihak yang bisa menjembatani kasus ini. Jangan sampai ada korban lagi. Terutama perempuan dan anak-anak. Mereka tak boleh menjadi korban kerusuhan. Omjay sudah pernah mengalaminya ketika terjadi kerusuhan tahun 1998 dan jatuhnya presiden Soeharto.
Semua aparat keamanan gabungan yang bertugas tidak bisa disalahkan. Sebab mereka hanya menjalankan tugas dari perintah atasan. Warga yang melawan tidak juga bisa dipersalahkan sebab tanah kelahirannya akan dipindahkan. Mereka tentu mempertahankan hak mereka yang memiliki tanah yang sah dari nenek moyang mereka.
Banyak sejarah penting di pulau Rempang untuk masyarakat di sana. Terutama suku Melayu yang yang santun dan pandai berpantun. Itulah yang Omjay tahu dari orang Melayu. Nama pulau Rempang sering dipakai untuk nama jalan di pulau Jawa.
Kalau tuan hendak berlayar
Mampirlah sejenak ke pulau Rempang
Bila tuan merasa sadar
Janganlah makan siang sembarangan
Setidaknya ada beberapa point penting tuntutan mereka yaitu, menolak penggusuran Pulau Rempang Galang, mendesak Polri dan TNI membubarkan posko yang didirikan di Rempang Galang, serta menghentikan intimidasi kepada orang Melayu, dan menuntut Presiden Jokowi membatalkan penggusuran kampung tua Pulau Galang. Mereka sudah tinggal di sana dari tahun 1934. Tentu tidak mudah untuk meninggalkan kampung halaman yang banyak bernilai sejarah. Omjay sendiri ikut merasakan betapa tidak enaknya menjadi orang yang tergusur.