Program Pendidikan Calon Guru Penggerak (PPGP) Kemdikbudristek angkatan 7 DKI Jakarta sebentar lagi akan berakhir. Kami tinggal menunggu acara penutupan kegiatan PPGP secara resmi oleh mendikbudristek, Nadiem Makarim. Ada unek-unek yang ingin Omjay sampaikan dalam kisah Omjay kali ini. Semoga dibaca oleh pejabat kemdikbudristek atau yang bertanggung jawab dengan kegiatan PPGP.
Unek-unek pertama adalah Lokakarya terakhir dilaksnakan hanya satu hari sebelum pelaksanaan hasil panen belajar. Seharusnya kami para CGP diajak healing dulu atau rekreasi sebagai apresiasi atas kinerja CGP yang harus berkelahi dengan waktu. Para pengajar Praktik misalnya, mereka diundang ke salah satu hotel di Yogyakarta dan rapat koordinasi. Seharusnya ada satu hari lokakarya yang dilakukan di luar kota dan semua CGP menginap di hotel seperti para pengajar praktik atau PP.
Unek-unek kedua adalah dengan berdirinya Balai Guru Penggerak atau BGP, berarti Program Guru Penggerak (PGP) seharusnya sudah lebih terencana untuk jangka waktu yang lebih lama sehingga tak lagi sebatas proyek satu musim menteri seperti program sebelum-sebelumnya. Ini menjadi bukti bahwa Mas Menteri mempunyai visi jauh ke depan.
Namun, hal yang pantas disayangkan adalah bahwa PGP ini masih jauh dari upaya penyejahteraan guru. Mengekor pada Permendikbud Nomor 14 Tahun 2022, misalnya, tegas disebutkan bahwa tugas BGP adalah melaksanakan pengembangan dan pemberdayaan guru, pendidik lainnya, tenaga kependidikan, calon kepala sekolah, kepala sekolah, calon pengawas sekolah, dan pengawas sekolah (Pasal 3).
Dari pasal itu dapat dipahami bahwa menjadi guru penggerak tak berarti otomatis sejahtera, terutama bagi honorer. Sebab, bagi honorer dipastikan bahwa mereka tak akan mendapatkan dampak apa pun dalam kariernya, apalagi kesejahteraannya.
Unek-unek ketiga adalah pemberian honor pengajar praktik atau PP yang lebih besar dari calon guru penggerak atau CGP, sehingga banyak guru yang justru mendaftarkan diri menjadi calon pengajar praktik daripada calon guru penggerak. Para CGP ada yang merasa tidak siap untuk menjadi kepala sekolah dan mereka berusaha untuk menjadi pengajar praktik.
Program unggulan kemdikbudristek untuk meningkatkan mutu guru yang berdampak pada kualitas pendidikan terus berganti. Kini, lewat program pendidikan guru penggerak, guru-guru bermutu disiapkan menjadi pemimpin pembelajaran. Omjay merasa ingin menjadi guru yang baik, yang bisa membuat siswa menikmati proses belajar sehingga mereka bisa sukses sesuai tantangan zaman.
Jujur saja selama ini pendampingan untuk peningkatan mutu guru singkat dan penuh teori sehingga seusai pelatihan tak berdampak panjang pada keberlangsungan proses pembelajaran di kelas. Guru mengajar dengan pengalaman yang itu-itu saja. bukan pengalaman tapi penglamaan. Semakin lama mengajar semakin lama pula materi yang diberikan untuk siswa. Tidak ada hal baru yang diberikan kepada siswa.
Ada kerinduan guru mengajar dengan hati dan berkualitas. Seperti yang sudah dituliskan wartawan Kompas di bawah ini.
https://www.kompas.id/baca/humaniora/2022/07/26/kerinduan-guru-mengajar-dengan-hati-dan-kualitas