Kisah Omjay kali ini tentang kesedihan seorang calon guru penggerak. Beliau baru saja bergembira setelah mengikuti kegiatan panen raya hasil belajar calon guru penggerak di angkatan 7. Namun, kegembiraan itu tiba-tiba menjadi sebuah kesedihan. Sebab beliau adalah salah satu calon guru penggerak yang kurang mendapatkan dukungan dari kawan-kawan rekan sekerjanya di sekolah swasta.
Tentu saja Omjay merasa heran. Sebab guru penggerak itu memang harus pandai menggerakkan komunitas belajar di sekolahnya. Guru harus mampu melakukan aksi nyata agar semua murid menjadi mampu berpartisipasi dan memiliki kemampuan kepemimpinan murid atau student agency.
Mereka semua murid punya kemampuan untuk mengarahkan pembelajaran mereka sendiri kemudian membuat pilihan-pilihan, menyuarakan opini, mengajukan pertanyaan dan mengungkapkan rasa ingin tahu, berpartisipasi dan berkontribusi pada komunitas belajar, mengkomunikasikan pemahaman mereka kepada orang lain, dan melakukan tindakan nyata sebagai hasil proses belajarnya.
Voice (suara) adalah pandangan, perhatian, gagasan yang diekspresikan oleh murid melalui partisipasi aktif mereka di kelas, sekolah, komunitas, dan sistem pendidikan mereka, yang berkontribusi pada proses pengambilan keputusan dan secara kolektif mempengaruhi hasilnya. Itulah mengapa setiap murid memiliki suara yang harus didengar oleh gurunya.
Choice (pilihan) adalah peluang yang diberikan kepada murid untuk memilih kesempatan-kesempatan dalam ranah sosial, lingkungan, dan pembelajaran. Biarkan semua murid memberikan suara dan pilihan untuk mengikuti program/kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan untuk mencapai tujuan kurikulum sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Tak perlu bersedih bapak ibu guru. Kita akan selalu bergerak bersama dalam suka maupun duka. Ada Tri Sentra Pendidikan yang akan selalu mendukung program sekolah.