Sambil mengawas asesmen akhir semester atau Aas di SMP Labschool Jakarta, Omjay melakukan refleksi diri. Alhamdulillah tak terasa sudah sampai modul 3.3 LMS calon guru penggerak angkatan 7 DKI Jakarta. Tinggal 2 lokakarya lagi dan pameran hasil karya cgp7 selesai juga pendidikan guru penggerak selama 6 bulan. Setiap dua Minggu sekali kami diminta untuk membuat jurnal refleksi LMS moodle guru penggerak modul 3.3. Semoga bisa Omjay selesaikan dengan baik dan benar jurnal refleksi modul LMS ini.
Modul 1, 2, dan 3 sebentar lagi akan terlewati. Banyak ilmu baru kami dapatkan. Kuncinya harus banyak membaca dan menuliskan apa yang telah kita baca. Jurnal refleksi harus dibuat sebagai bukti bahwa kita sudah memahami materi dengan baik dan benar. Omjay hitung minimal ada 10 jurnal refleksi guru penggerak yang harus dibuat dan hasilnya bisa dipamerkan di lokakarya cgp7.
Ada lokakarya cgp7 yang akan didampingi para pengajar praktik cgp7. Kami bertemu secara langsung di dunia maya. Ada beberapa sekolah ditunjuk menjadi tempat kegiatan. Omjay hitung ada sekitar 7 sekolah dari awal pembukaan pendidikan guru penggerak.
Kepemimpinan murid menjadi topik utama di modul 3.3 LMS moodle calon guru penggerak angkatan 7. Semoga kami dapat dengan mudah memahami materinya dan mengimplementasikan materinya dalam kegiatan di sekolah.
Modul 3.3 ini mengajak Ibu dan Bapak untuk berefleksi dan melihat kembali perspektif atau cara pandang kita tentang program yang berdampak positif pada murid.
Selama ini, sering sekali kita melihat bahwa program-program sekolah, baik program intra kurikuler, program ko-kurikuler, atau program ekstra kurikuler pengelolaannya hanya menempatkan murid-murid sebagai objek dari program-program tersebut.
Mereka memang melakukan, atau menjalankan program-program tersebut, namun banyak yang kesulitan untuk mengambil makna dari pengalaman mereka tersebut karena hanya merasakan keterlibatan itu sebagai sebuah keharusan untuk terlibat, rutinitas, kewajiban yang harus dijalankan, atau hanya sekedar sebuah kegiatan yang menyenangkan untuk dilakukan. Padahal, kita semua tahu bahwa pengambilan makna adalah esensi dari proses belajar itu sendiri.
Di dalam modul 3.3 ini, Ibu/Bapak akan mengeksplorasi bagaimana sesungguhnya kita dapat mendorong student agency (yang dalam modul ini diterjemahkan sebagai kepemimpinan murid) dalam pengelolaan program-program di sekolah.
Mendorong kepemimpinan murid dalam program sekolah bukan hanya memungkinkan murid untuk belajar menjadi individu yang lebih bertanggung jawab, berdaya, dan kontributif, namun, pengalaman dan kebermaknaan yang mereka dapatkan dari proses belajar mereka dalam program-program sekolah tersebut sesungguhnya akan memberikan bekal untuk mereka menjadi seorang pembelajar sepanjang hayat, sehingga, ketika kita berbicara tentang dampak, maka dampak positif dari proses belajar yang dilalui oleh murid-murid kita saat ini tentunya akan dapat terus dirasakan oleh mereka di sepanjang hidupnya.