Kemarin Omjay mendapat telpon dari seorang guru honorer. Beliau mengajar di sekolah negeri dan belum diangkat menjadi pegawai negeri. Kasihan gajinya sedikit sekali. Itulah yang selalu diperjuangkan PGRI.
Seandainya saja kawan Omjay itu memiliki kemampuan menulis, tentu akan ada tambahan penghasilan dari menulis. Seperti kawan-kawan Kompasiana yang bergembira karena mendapatkan K-Reward dari Kompasiana. Lumayan buat nambah uang jajan. Menulis itu hobi yang dibayar.
Gaji guru honorer memang kecil. Sebulan hanya Rp. 800.000. Hem...buat makan dan minum saja tidak cukup untuk hidup di kota Jakarta yang serba mahal. Jadi ingat waktu Omjay pertama kali jadi guru honorer. Honornya kecil sekali.
Sehari Omjay makan soto ayam Rp. 15.000 kalau dikalikan 20 hari kerja saja sudah Rp 300.000. Nah itu baru makan sekali. Belum makan tiga kali sehari.
Belum beli bensin motor yang sekarang harga BBM naik. Sementara gaji tidak naik. Kalau sehari seliter biaya Rp. 10.000 dikalikan 20 hari kerja saja sudah Rp. 200.000.
Untunglah kawan Omjay itu belum menikah. Kalau sudah menikah dan punya anak balita, pasti akan pusing beli susu anaknya. Sekarang beliau sedang kumpulkan uang untuk biaya pernikahan.
Kasihan jadi perjaka tua sebab belum ada wanita yang mau dengannya. Mungkin karena gajinya masih kecil. Padahal wajahnya tampan dan mirip artis ibukota yang terkenal.
Jeritan hati guru honorer memang sangat menyayat hati. Kita harus mempunyai rasa empati. Omjay doakan semoga diangkat menjadi pegawai negeri.