Lihat ke Halaman Asli

Wijaya Kusumah

Guru Blogger Indonesia

Kisah Sedih Seorang Guru Sertifikasi

Diperbarui: 9 Maret 2022   12:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokpri

Hari ini, saya diminta membuatkan kata pengantar untuk buku terbaru Ibu Sri Endang. Judulnya Tarian Jemari tentang Literasi. Ada 20 materi tentang literasi digital dalam buku tersebut. 

Buku ini membuat saya teringat kembali, ketika mengejar sertifikasi. Saya ingin sekali disebut sebagai guru profesional yang mendapatkan tunjangan sertifikasi. Tunjangan Profesi Guru saya terima 4 bulan sekali. Setahun ada 3 kali. Jumlahnya sangat menyenangkan hati. Tapi dibalik kegembiraan itu, ada kesedihan hati. Berkas dokumen cetak portofolio saya hilang tak jelas hingga saat ini.

Betapa terkejutnya saya ketika dari sudin Jakarta Timur, bapak Sutrisno menghubungi saya dan mengatakan kalau berkas sertifikasi portofolio saya hilang dan saya diminta untuk menyerahkan 1 berkas copynya kembali. 

Bagaimana mungkin berkas-berkas yang begitu tebal bisa tercecer apalagi hilang??? Hal yang lebih terkejut lagi, beliau mengatakan bahwa kalau saya tidak mengumpulkan, maka saya dianggap gugur dari sertifikasi guru. Saya dianggap gagal mengikuti sertifikasi guru. Itulah kisah sedih guru sertifikasi.


Sertifikasi guru, buat saya justru merugikan. karena waktu saya habis hanya untuk mengumpulkan berkas-berkas portofolio yang berbentuk cetak. Apalagi berkas portofolio saya sebagian ada yang terkena banjir,  jadi sulit buat saya mengumpulkan berkas dalam waktu dekat. Seharusnya cukup dalam bentuk digital saja. Waktu itu bulan Maret tahun 2008. Saya abadikan kisahnya di blog omjay.

Harus kita akui, sertifikasi guru sebenarnya menguntungkan guru. Karena bila lulus sertifikasi, guru akan mendapatkan tambahan penghasilan. Besarnya cukup lumayan untuk membeli sembako yang nilainya mulai meninggi. Bahkan bisa menyekolahkan anak hingga perguruan tinggi. Saya merasa sedih karena saya gagal untuk mendapatkannya. Itulah kisah sedih guru sertifikasi.

Guru oh guru. Sertifikasi bukan membuatmu gembira tapi justru bersedih hati. Sertifikasi guru sungguh melelahkan hati. Semoga ada perbaikan yang lebih baik dari pemerintah yang mengupayakan perbaikan kualitas guru di negeri ini. 

Dari kejadian itu, saya banyak membantu para guru agar menjadi guru profesional. Mulai dari kegiatan belajar bersama dan mendatangkan narasumber hingga mengadakan lomba blog

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline