Lihat ke Halaman Asli

Wijaya Kusumah

TERVERIFIKASI

Guru Blogger Indonesia

Curhat seorang Guru Penggerak

Diperbarui: 10 Februari 2022   06:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokpri

Dalam dunia bubur. Ada bubur diaduk dan ada bubur tidak diaduk. Keduanya sama-sama nikmat. Tinggal kita mensyukuri apa yang kita makan. Saya sendiri lebih suka bubur yang diaduk. Saya pun bergabung ke dalam komunitas bubur yang diaduk.

Dokpri

Bubur yang sudah diaduk bagi saya lebih nikmat. Sebab santannya sudah menyatu dengan bubur kacang hijau dan ketan hitam. Rasanya super duper. Enak sekali. Maknyus kata orang yang suka wisata kuliner.

Dokpri

Dalam kegiatan menjadi calon guru penggerak Atau cgp demikian juga. Kita terasa diaduk-aduk untuk menulis essay yang panjang. Bagi yang tak biasa menulis pasti akan gagal dalam seleksi cgp. Tapi bagi mereka yang sudah terbiasa menulis fiksi akan sangat mudah sekali.

Setelah itu masuklah pada tahap simulasi mengajar. Bagi anda yang tak siap jaringan internet, jangan harap bisa lulus walaupun anda sudah terbiasa mengajar. Oleh karena itu,pastikan jaringan internet di tempat anda stabil. Assesor cgp tak akan mau peduli bila jaringan di tempat anda lemot.

Setelah proses simulasi mengajar, anda akan masuk proses wawancara. Di sinilah anda akan dinyatakan lulus atau tidak lulus menjadi calon guru penggerak Kemdikbudristek. Itulah proses yang akan anda lalui dalam seleksi cgp.

Seorang cgp yang sudah ikut diklat curhat kepada saya. Beliau curhat setelah membaca tulisan karpet merah untuk guru penggerak.

Berikut curhatannya dan namanya saya rahasiakan. Semoga membuat kita punya rasa empati kepada para cgp.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline