Lihat ke Halaman Asli

Wijaya Kusumah

Guru Blogger Indonesia

Kata Pengantar Ketua Umum PB PGRI untuk Buku Kisah Seru di Balik Tirai Bambu

Diperbarui: 19 Oktober 2020   08:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

KATA PENGANTAR KETUA UMUM PENGURUS BESAR PGRI

 Buku Kisah Seru di Balik Tirai Bambu adalah kumpulan kisah para guru yang telah diberangkatkan oleh kementrian pendidikan dan kebudayaan republik Indonesia. Sebagai agen perubahan dan guru penggerak Indonesia, mereka menceritakan dalam buku ini tentang terpilihnya mereka untuk kursus Singkat ke negeri Tirai Bambu, China.

Selama 21 hari mereka belajar di kampus China University of Mining and Technology (CUMT). Ada canda dan tawa dalam buku inspiratif ini. Ada suka dan duka dituliskan oleh mereka para guru berprestasi dan berdedikasi. Tentu saja mereka tak menyangka dapat belajar ke negara china. 

Mimpi mereka akhirnya berwujud nyata. Melalui berbagai seleksi, akhirnya 50 orang guru ini berhasil untuk belajar STEM di negara yang terkenal dengan Panda lucunya. Semoga peran guru semakin meningkat dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsanya.

Peran guru saat wabah covid-19 ini sangat penting sekali dalam melakukan perubahan. Dalam perjalanannya, ketika zaman penjajahan Belanda, terdapat bermacam-macam sekolah bagi golongan tertentu seperti Volksschool untuk masyarakat desa, Tweede Inlandse School untuk rakyat biasa di kota-kota, dan Sekolah Dasar berbahasa Belanda untuk anak priyai atau anak-anak pegawai pemerintah Hindia Belanda yang gajinya paling sedikit fi 100/bulan. Guru-gurunya adalah tamatan dari sekolah-sekolah guru seperti Sekolah Guru Desa, Normalschool (NS), Kweekschool (KS), Hogere Kweckhooi (HKS), dan sebagainya.

Namun, jerih payah guru-guru tersebut tak sebanding dengan upah yang didapat. Pasalnya, gaji guru disesuaikan ia berasal dari lulusan sekolah mana. Tak jarang hal tersebut menimbulkan pertentangan antar-golongan guru yang tidak menguntungkan dunia pendidikan. 

Maka dari itu, dibentuklah suatu perkumpulan-perkumpulan guru dari berbagai jenjang guru pada masa penjajahan kala itu. Dampaknya, lahirlah perkumpulan guru yang disebut PGRI, dalam Kongres I PGRI di Surakarta 21 November 1945 yang memiliki asas dan semangat ke-PGRI-an. Alhamdulillah, PGRI akan merayakan ulang tahunnya yang ke-75 tahun.

Buku ini sangat memberikan motivasi kepada pembaca, karena berkisah tentang perjalanan seru para guru  hebat Indonesia yang berprestasi dan berdedikasi. 

Mereka dikirim oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia ke Negeri Tirai Bambu, China, untuk belajar STEM dan HOTS. Setelah pulang dari luar negeri, mereka diharapkan dapat menularkan virus literasi di kalangan guru, dan mau berbagi ilmunya kepada sesama guru lainnya.

Kisah mereka sungguh sangat inspiratif dan mengharukan sekali. Mereka ada yang datang dari daerah 3T (Tertinggal, Terluar dan Terdepan) dan ada juga guru yang hanya berpenghasilan kurang dari Rp. 100.000 (seratus ribu rupiah). 

Membaca kisahnya satu demi satu, membuat pembaca akan dibawa berkeliling kota Xuzhou yang indah dengan pendidikannya yang sangat maju. Pembaca akan dibawa dalam emosi para penulisnya yang merupakan guru-guru tangguh berhati cahaya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline