Lihat ke Halaman Asli

Wijaya Kusumah

Guru Blogger Indonesia

PGRI Disayang, PGRI Dibuang

Diperbarui: 20 Januari 2024   07:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ilustrasi: Sejumlah siswa menyalami guru mereka seusai mengikuti upacara di Sekolah Dasar Negeri 060813 Medan, Sumatera Utara, Senin (25/11/2019). Menyalami guru oleh para siswa tersebut dalam rangka memperingati Hari Guru yang serentak dilaksanakan di seluruh Indonesia.(ANTARA FOTO/SEPTIANDA PERDANA)

Malam ini saya menginap di hotel Batiqa yang terletak di Jababeka Cikarang. Tepatnya di jalan Niaga Raya Blok Kawasan Industri Jababeka Blog CC 3A Cikarang-Bekasi. 

Alhamdulillah, tahun ini diberi amanah kembali menjadi salah satu panitia hari ulang tahun Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) yang ke-74.

Ini adalah tahun ketiga saya menjadi panitia HUT PGRI. Pertama di stadion Patriot Bekasi, kedua di stadion Chandrabaga Bogor, dan ketiga di stadion Wibawa Mukti Cikarang.

Dulu Omjay sangat membenci PGRI. Sebab organisasi ini hanya berpolitik saja. Namun, seiring perjalanan waktu, Omjay justru jatuh cinta dengan organisasi guru terbesar di Republik Indonesia ini.

Anggotanya banyak sekali. Dari pusat hingga daerah. Kantor dan gedungnya jelas dan kepengurusannya ada di 34 Provinsi dan 514 kabupaten/kota di seluruh Indonesia. Hampir 3 juta guru menjadi anggota PGRI.

Awalnya saya mengira, PGRI adalah organisasi guru yang berpolitik praktis. Tapi setelah saya berada di dalamnya, dan bergabung di Asosiasi Profesi dan Keahlian Sejenis (APKS), saya menjadi tahu banyak bahwa PGRI tidak seperti yang dibicarakan banyak orang.


Mereka hanya beropini saja sehingga PGRI dimata mereka, PGRI adalah organisasi yang tidak berpihak kepada guru. Padahal justru PGRI inilah yang selama ini memperjuangkan nasib guru. PGRI fokus memperjuangkan kesejahteraan, penghargaan, dan perlindungan guru.\

"Semakin PGRI dibenci, maka PGRI akan tetap abadi. Sebab PGRI lahir dari guru, oleh guru, dan untuk guru."

Sebelum bergabung di PGRI, Omjay berkeyakinan bahwa organisasi guru harus dipimpin oleh guru. Bahkan Omjay dan kawan kawan guru pada saat itu mendirikan Ikatan Profesi Guru Indonesia yang disingkat IPGI.

Namun, seiring perjalanan waktu, organisasi ini Omjay matikan. Sebab arah perjuangannya sudah jauh dari apa yang kami harapkan. Lebih kepada orientasi diri sendiri daripada organisasi. Bahkan hidup dari organisasi dan bukan menghidupkan organisasi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline