Selamat tinggal nabire. Semalaman saya terjaga. Hampir tidak bisa tidur. Tugas kawan kawan guru menulis sudah saya periksa beberapa. Tinggal beberapa orang lagi yg belum saya baca.
Berada di dalam kamar hotel anggrek seorang diri. Tak ada yang menemani. Hanya suara penyiar televise metrotivi ikut menemani. Begitulah suasananya.
Indonesia sedang diuji oleh bencana alam dan kedewasaan politik. Untunglah internet masih bisa konek. Materi dikdas kemdikbud sudah saya kirim ke bu irma. Bahan ajar untuk guru guru mitra sudah harus disiapkan. Panitia ingin melihat dulu materi ajar berbasis tik yang akan omjay sampaikan.
Sebenarnya ingin berlama lama di nabire papua. Hati ini merasa ingin mengeksplore nabire dengan utuh. Namun tugas negara tak bisa ditolak. Semoga lain waktu bisa ke nabire lagi.
Pukul 05.00 wit ibu betti membangunkan saya. Bu betti dan dinda anaknya masih sehari lagi di nabire. Beliau dan anaknya dinda masih ingin jalan jalan menikmati indahnya nabire papua.
Terpaksa saya pulang duluan karena kerja berikutnya sudah datang. Kota kecil dengan bandara yang mungil ini membuat saya tergoda untuk mengenal lebih dalam.
Sayang saya harus tinggalkan kota ini kembali ke jakarta. Pak meneer kepala sekolah SMA anak panah yang baik hati menjemput saya. Pagi sekali kami sudah berada di bandara yang belum buka.
Beda dengan bandara di jakarta. Selama 24 jam tak pernah tutup.
Pukul 06.00 wit para penumpang dipersilahkan masuk pintu keberangkatan. Sedih berpisah dengan pak meneer. Kepsek sma anak panah ini memang sangat baik sekali. Beliau yang antar kami berkeliling kota nabire.
Kota nabire semalaman diguyur hujan. Pagi ini sepi sekali. Beda sekali dengan bekasi. Sepagi ini bekasi sudah ramai sekali. Apalagi ibu kota jakarta yang tidak pernah sepi dengan manusia.
Saya menjadi mengerti sekarang. Mengapa banyak pendatang datang ke nabire papua. Kota ini tak kenal musim dan terletak dekat pantai nabire yang indah.