Lihat ke Halaman Asli

Wijaya Kusumah

TERVERIFIKASI

Guru Blogger Indonesia

Guru TIK di Zaman Edan

Diperbarui: 22 Februari 2016   23:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dunia ini memang sudah memasuki zaman edan. Mereka yang berjuang justru difitnah dengan kebohongan. Mereka yg sudah terbeli menuduh omjay plagiasi. Padahal sesungguhnya kami meluruskan sejarah yang benar. Tak apa disebut plagiat oleh mereka yang sudah terbeli. Pada akhirnya sejarah tidak akan pernah salah menuliskannya. Selamat berkolaborasi dengan penguasa dan kami akan tetap dalam garis perjuangan save tik dan kkpi harga mati. Kami akan terus memperjuangkan agar TIK dan KKPI kebali sebagai mata pelajaran dan bukan bimbingan. Ada kekeliruan dalam kurikulum 2013, dimana TIK tidak masuk dalam struktur kurikulum 2013 seperti dalam kurikulum 2006.

[caption caption="rapat perdana Olimpiade TIK di wisma UNJ Rawamangun jaktim"][/caption]Adalah sebuah kebohongan publik yang mengatakan bahwa permendikbud nomor 45 tahun 2015 tentang pern guru TIK dan KKPI berjalan mulus dan lancar di sekolah. Guru TIK dan KKPI yang masih waras dan tidak mudah terbeli pasti akan berusaha agar matpel TIK dan KKPI kembali berada dalam kurikulum 2013. Tak peduli dengan suara miring yang mencemooh dan mencibir. Bagi kami mengembalikan TIK sebagai mata pelajaran adalah solusi terbaik bagi semua.

MGMP TIK dan KKPI yang mati suri harus dihidupkan kembali. Tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini karena kurikulum bukanlah kitab suci. Bila pejabat kemdikbud menganggap TIK memenjarakan anak, kami justru malah sebalaiknya. TIK sangat menyenangkan anak. Lihatlah tanggapan mereka tentang mata pelajaran TIK yang sudah kami upload ke youtube. Anda bisa mencarinya dengan keyword TIK atau guru TIK.

Kurikulum masih bisa diganti bila memang tidak sesuai dengan kehendak masyarakat. Bersatulah wahai guru TIK dan KKPI. Jangan lagi ada yang menghianati perjuangan ini. Guru TIK di zaman edan harus berani melawan kebijakan yang salah. Regulasinya harus diperbaiki agar tidak merugikan guru dan siswa Indonesia.

TIK dan KKPI hilang sebagai mata pelajaran karena ada oknum guru TIK yang mudah terbeli dengan fasilitas negara. Silahkan pakai uang rakyat itu, dan kembalilah ke jalan yang benar. Kembalikan uang yang kalian dapatkan untuk mengembalikan TIK dan KKPI sebagai mata pelajaran lagi. Mayoritas guru dan siswa Indonesia menginginkan TIK kembali sebagai mata pelajaran lagi. Begitu juga KKPI di SMK. Hasil survey kami menunjukkan itu. Jajak pendapat yang kami peroleh sangat banyak yang mendukung TIK sebagai nata pelajaran lagi. Lebih dari 95 persen guru menginginkannya, dan hampir 100 persen siswa memintanya kembali.

Terbukti bahwa kurikulum matpel tik tidak memenjarakan anak. Adalah sebuah kebohongan publik bila matpel tik dianggap memenjarakan anak. Silahkan wawancara siswa secara terbuka. Pastilah mereka akan mengatakan bahwa pelajaran tik adalah pelajaran yang sangat menyenangkan. Menghapus matpel tik dalam kurikulum 2013 adalah sebuah kesalahan kebijakan di era mendikbud mohammad nuh dan presiden sby. Presiden jokowi dan mendikbud anies baswedan semoga mengembalikan tik sebagai matpel kembali.

Pastikan dan sampaikan kepada publik bahwa materi TIK tidaklah memenjarakan anak. Tapi justru membuat anak semakin melek teknologi dan senang berbagi dari ilmu yang dikuasainya. Tentu kita ingin tik kembali menjadi mata pelajaran lagi. Komunitas Guru TIK dan KKPI atau kogtik terus berjuang untuk menemui menteri kembali. Semoga perjuangan ini tidak dihianati kawan sendiri. Bila sampai dihianati lagi, maka sakitnya tuh di sini.

Kami masih seperti yang dulu. Berharap TIK/KKPI kembali sebagai mapel. Berjuanglah terus, dan Allah tahu mana yang benar mana yang keliru. Mereka yang terbeli sedang asyik menikmati fasilitas hotel dan meninggalkan anak didiknya dengan alasan memperjuangkan nasib guru tik dan KKPI. Padahal sesungguhnya mereka hanya memperjuangkan nasibnya sendiri. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline