Mengapa budaya menulis di kalangan guru penting? Sebab guru setiap hari menulis. Baik menulis karya ilmiah maupun karya alamiah. Karya ilmiah bisa dijadikan point untuk menambah kenaikan pangkat.
Karya alamiah bisa dijadikan motivasi buat sesama guru yang rajin menulis setiap hari. Bila dibukukan tulisannya, dan ber-ISBN, maka akan menjadi karya ilmiah. Seperti tulisan alamiah omjay di kompasiana. Tak terasa sudah menjadi buku ber-ISBN.
https://wijayalabs.com/2015/11/26/berbagi-ilmu-menulis-di-aula-fkip-uns-surakarta/
Hari ini Omjay mendapatkan kembali TOR dari mahasiswa PGSD UNS Surakarta. Kegiatannya hari Sabtu 5 Desember 2015. Sudah beberapa tahun lalu. Omjay diminta menjadi salah satu nara sumbernya. Adapun, isinya sebagai berikut:
TERM OF REFERENCE SEMINAR NASIONAL
Pembicara : Bapak Wijaya Kusumah, M. Pd.
Pokok bahasan :
- Bagaimana cara mengasah dan membiasakan budaya menulis
- Macam-macam karya yang bisa dihasilkan dari menulis
- Kiat-kiat menembus media nasional
- Pengalaman dalam bidang kepenulisan
- Respon masyarakat terhadap karya tulis
Budaya menulis merupakan sebuah budaya yang sangat sedikit peminatnya dibandingkan budaya yang lain. Hal ini dikarenakan dibutuhkan keterampilan saat menulis seperti keterampilan mengolah kata, memilih kata (diksi) serta keterampilan dalam mengaitkan kalimat yang satu dengan yang lain.
Wajar apabila sekarang ini tak sedikit mahasiswa yang mengalami kesulitan dalam mengerjakan skripsi karena malasnya mereka belajar menulis. Dengan adanya aplikasi ChatGPT, sebenarnya lebih memudahkan kita dalam menulis. Hanya saja bahasanya standar dan tak ada diksi di sana.
Selain itu, sebagai seorang calon guru sudah seharusnya kita mampu memberi contoh kepada calon peserta didik kita untuk menulis. Karena ada banyak manfaat yang bisa kita ambil dari menulis seperti popularitas, masukan tambahan, wawasan baru serta yang lainnya.