Kurikulum 2013 telah dilaksanakan dari bulan Juli 2013 di beberapa sekolah sasaran. Terjadi pro dan kontra dalam pelaksanaannya. Para akademisi yang mengkritisi kurikulum 2013 telah memberikan pendapatnya. Intinya, kurikulum 2013 belum siap 100 persen dalam implementasinya. Terutama kesiapan guru dalam pembelajaran di kelas. Masih banyak guru yang menggunakan paradigma lama. Guru belum memahami sepenuhnya pendekatan saintifik yang diharapkan oleh pembuat kurikulum. Salah satu hal yang masih menjadi pro dan kontra adalah dihapuskannya pelajaran TIK dalam kurikulum 2013. Pemerintah beranggapan, pelajaran TIK sebaiknya dintegrasikan saja dalam semua mata pelajaran. Terjadi perdebatan yang seru, tetapi pemerintah tetap tak bergeming. TIK sudah tidak bisa dipertahankan lagi menjadi mata pelajaran. Ketika saya memposting tentang hal ini di blog, maka terlihatlah berbagai pemikiran yang berbeda tentang TIK. Anda bisa melihatnya di http://wijayalabs.com/2013/05/11/kenapa-pelajaran-tik-dihapuskan-dalam-kurikulum-2013-ini-jawabannya/. Sudah ratusan komentar pro dan kontra tertuliskan, dan ada juga yang di facebook. Sebagai seorang guru yang mengajarkan mata pelajaran TIK, sebaiknya kami diberi kesempatan untuk berdialog dengan bapak menteri pendiidkan dan kebudayaan (M. Nuh). Kami ingin tahu secara persis apa yang sebenarnya diinginkan oleh pemerintah.Selama ini kami masih belum tahu nasib guru TIK setelah pelajarannya tak ada dalam kurikulum 2013. Berikut ini adalah sebagian kecil dialog yang terjadi di facebook group Ikatan Guru Indonesia (IGI)
- Lilis JuwitaKasihan TIK/KKPI dijadikan Tumbal Kur 13 20 jam yang lalu · Batal Suka · 1
- Wijaya Kusumahpadahal pelajaran ini sangat disukai peserta didik 20 jam yang lalu · Suka · 2
-
Rahmawan Hatmantrikatidak tanya BNSP juga.... 20 jam yang lalu · Batal Suka · 1
- Ana RosasiJadi solusinya? 20 jam yang lalu melalui seluler · Batal Suka · 1
- Paryono NanoNdak usah diajarin .... Anak2 sekarang udah pintar IT ... mungkin begitu kata Pak menteri he..he... 18 jam yang lalu · Telah disunting · Suka
- Lilis JuwitaPintar IT masa sih ? 18 jam yang lalu · Batal Suka · 1
- Wijaya Kusumahblm tahu solusinya apa, mari bersabar saja 17 jam yang lalu · Suka
- Hindraswari Enggar Danak-anak memang bisa menggunakan TIK (bisa belajar mandiri) tapi tanpa pembelajaran dan pengawasan dari orang dewasa maka yang terjadi adalah seperti kasus video anak-anak yang salah arah (mengupload video yang tak pantas di internet, video mesum anak SMP dan entah apa lagi) dan termasuk bebasnya anak2 melakukan kopipaste tulisan dari internet untuk tugas sekolah tanpa merasa bersalah karena mereka tidak pernah diajarkan mengenai etika pemanfaatan TIK. Kalau parameternya sekedar bisa, semua mata pelajaran bisa dipelajari sendiri di jaman serba digital ini. 17 jam yang lalu · Batal Suka · 4
- Hindraswari Enggar Dijin share ya Pak 17 jam yang lalu · Batal Suka · 1
- AsWibowo Astomoada salah satu sekolah , silahkan copas di Internet jika ada artikel yang baik tapi guru tersebut minta tolong di jelaskan penjelasannya dan itu maju depan kelas. 17 jam yang lalu · Batal Suka · 1
- Kartika DewiBagaimana pula dg mata pelajaran bhs Inggris ? Bgmn nasib para guru Bhs Ingg itu ? mungkin bisa sharing utk menemukan solusinya 16 jam yang lalu · Batal Suka · 1
-
Okky Teguh Ariyantopinter tik itu standard ukurannya apa ? bisa browsing ? bisa facebook? bisa twitter?bisa apa lagi ?standard ukurannya gak jelas. yang paling pasti ditempat saya mengajar ada aja tuh anak yang punya gak email padahal email diperlukan dalam penerapan kurilukum 2013 12 jam yang lalu · Batal Suka · 1
- Gami Sukarjomateri pelajaran TIK di sekolah berkutat pada pemanfaat TIK untuk keperluan praktis/sehari-hari. Untuk keperluan praktis ini, siswa bisa belajar mandiri sebagaimana belajar menggunakan/mengoperasikan hp, ipad, handycam, kamera digital, dll. mereka bisa secara autodidak menggunakan. Jika ingin optimal, siswa bisa belajar melalui buku atau kursus. Maka idealnya, sekolah mengajarkan TIK melalui kegiatan ekskul. Perkembangan TIK juga sangat pesat, sehingga dari tahun ke tahun materi pelajaran akan mengalami perubahan. Kenyataan di sekolah-sekolah, sebuah aplikasi/program yang sedang kita ajarkan pada siswa(dan belum sepenuhnya dikuasai), di toko sudah muncul aplikasi baru dengan beberapa penyempurnaan/perubahan di sana-sini. Akibatnya, apa yg dipelajari siswa tidak relevan dengan apa yang ada. Saya setuju bahwa TIK penting dan harus dikuasai oleh bangsa yang ingin maju dan berkembang. Saya juga turut beremphati kepada rekan-rekan guru/penggiat TIK. Mari kita lihat sisi positif sekaligus sebuah peluang dengan dihapusnya TIK dalam K-13. Pengetahuan TIK jelas dibutuhkan, artinya, akan ada ribuan/jutaan anggota masyarakat yang mencari lembaga kursus yang mengajarkan TIK. Dan menurut saya, ini adalah peluang bagi kita untuk maju...dengan cara yang berbeda...Salam 10 jam yang lalu · Batal Suka · 2
- Hindraswari Enggar DMenurut Saya, bukan matpel TIK dihapuskan tapi kurikulum TIK nya yang semustinya disesuaikan, karena seperti yang dilakukan di uk, menteri Pendidikan Nasional mereka melakukan revolusi besar2an utk matpel TIK di awal tahun ini, tahun yang sama ketika memdikbud memutuskan menghapus TIK. Pernah ditulis di Majalah IET, London, UK 9 jam yang lalu melalui seluler · Batal Suka · 1
-
Sulistyanto SoejosoMas Wijaya Kusumah. Kita semua mesti legawa menerima kenyataan bahwa harapan perbaikan pendidikan dari pihak pemerintah sebaiknya diletakkan di pundak kabinet yad (mudah2an lebih bernalar). Senyampang menunggu kabinet yad, sebaiknya masyarakat juga sudah membiasakan diri untuk mengambil inisiatif berkontribusi dalam upaya perbaikan itu. Mari kita kembalikan fungsi keluarga sebagai pilar utama pendidikan. 6 jam yang lalu · Batal Suka · 1
- Johan WahyudiPasti ada hikmah yang bisa diperoleh. Boleh jujur juga semenjak pelajaran TIK diberikan di sekolah, lembaga kursus komputer sepertinya gulung tikar, padahal dulunya rame bak kacang goreng dari biaya yg murah sampai kelas eksklusif. Smoga ini hikmahnya, dg dihapusnya pelajaran TIK/KKPI. 49 menit yang lalu · Batal Suka · 1
- Wijaya Kusumahsedih melihat peserta didik tak memiliki etika lagi dalam berinternet, mereka kekurangan pemandu, akibatnya banyak anak yg mengupload hal-hal yg kurang baik seperti kasus kejadian di salah satu smp di dki jakarta
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H