Lihat ke Halaman Asli

Wijaya Kusumah

TERVERIFIKASI

Guru Blogger Indonesia

Teruntuk Istriku Tersayang

Diperbarui: 25 Juni 2015   20:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Hari semakin gelap. Malam telah larut. Anak-anak dan istri saya lihat tertidur pulas di kamar. Wajah-wajah cantik yang membuat saya terharu sekaligus bangga. Di rumah, saya adalah pria paling ganteng dan tergagah. Tak ada pria yang lainnya. Sebab, kedua anak saya semuanya perempuan. Cantik-cantik, persis seperti mamanya. Istriku tersayang. Ibu dari kedua putriku.

Melihat mereka tertidur pulas seperti itu, membuat saya merenung dan bermimpi untuk dapat membahagiakan mereka. Terutama istri tercinta yang tak kenal lelah melayani kami sekeluarga dengan penuh cinta dan keikhlasan. Saya tak pernah mendengar istriku mengeluh.

Setiap pagi dia membangunkan saya. Mengingatkan saya untuk sholat subuh di Masjid. Sholat subuh berjamaah. Dia tak ingin suaminya diam di rumah, dan tak bermanfaat untuk masyarakat sekitarnya.

Saya sungguh berbahagia sekali mendapatkan istri yang baik hatinya. Ia menjadi sahabat dekat ketika saya mengalami banyak masalah. Ia menjadi obat yang membantu menyembuhkan penyakit hati yang ada dalam diri. Ia adalah bidadari cantik yang dikirim oleh Allah kepada saya dari Surga.

Walaupun saya tahu kalau dunia tak seindah surga.

Saya harus bersyukur kepada Allah karena diberikan istri yang baik hati, dan mau menerima suami seperti saya apa adanya.

Dia pernah bilang pada saya, “biar ayah miskin dan tak memiliki harta mamah tetap sayang dan cinta sama ayah. Karena kekayaan tak membuat kita bahagia”. Saya sangat terharu mendengarnya.

Di saat-saat lain, ketika saya sedang mengalami posisi sulit dan cobaan hidup dia sanggup menjadi penyejuk hati. Dahaga jiwa. Tutur katanya yang lemah lembut membuat saya tersadarkan bila melakukan kesalahan. Istri saya sering berkata, "Jadilah Guru Tangguh Berhati Cahaya". Kata-kata itulah yang akhirnya menginspirasi saya untuk membuat buku. Sebuah buku untuk para guru agar tak bermental pengeluh.

Terima kasih ya Allah. Tuhan pemilik bumi. Engkau telah berikan aku istri yang baik hati. Istri yang sholekhah. Istri yang mau menerima suaminya apa adanya. Melayani dengan penuh kasih dan sayang.

I LOVE YOU, istriku.

Semoga kita dapat terus bersama mengarungi bahtera hidup ini. Seia-sekata. Sehidup semati. Senasib sepenanggungan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline